In-depth

Serafim Todorov, Manusia Terakhir yang Bisa Permalukan Mayweather

Minggu, 1 Mei 2022 11:58 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Twitter @mohanstatsman
Serafim Todorov mungkin akan selalu jadi sosok yang menghantui Floyd Mayweather, lantaran dialah orang terakhir yang pernah mengalahkannya bertinju. Copyright: © Twitter @mohanstatsman
Serafim Todorov mungkin akan selalu jadi sosok yang menghantui Floyd Mayweather, lantaran dialah orang terakhir yang pernah mengalahkannya bertinju.

INDOSPORT.COM - Serafim Todorov mungkin akan selalu jadi sosok yang menghantui Mayweather, lantaran dialah orang terakhir yang pernah mengalahkannya bertinju.

Terlepas banyak dari tindakannya yang kontroversial, harus diakui bahwa Floyd Mayweather adalah salah satu petinju terbaik yang pernah ada di dunia.

Sejak terjun menjadi petinju profesional pada 1996 silam menghadapi Roberto Apodaca, Mayweather sudah melakoni sebanyak 50 pertandingan.

Hebatnya, dari lima puluh pertandingan tersebut, Maywather tidak pernah sekalipun bisa dikalahkan lawannya. Ya, Mayweather memegang rekor sebagai petinju dengan rekor kemenangan beruntun terbanyak.

Tidak berhenti sampai di situ, petinju kelahiran 24 Februari 1977 itu juga berhasil membuat KO lawannya sebanyak 27 kali. Sebuah catatan yang bahkan namanya tak kalah legendaris dari Mike Tyson dan Muhammad Ali.

Sejumlah nama-nama hebat pun sudah pernah menjadi korban pukulan-pukulan keras Mayweather. Mulai dari Oscar De La Hoya, Ricky Hatton, Saul Alvarez, hingga petinju terbaik Filipina, Manny Pacquiao harus merasakan kekelahan saat melawan Mayweather.

Menariknya, saat kembali dari masa pensiun, Mayweather membuktikan dirinya tetap petinju terbaik usai membungkam mulut besar Conor McGregor pada 26 Agustus 2017 lalu.

Saat memutuskan menjadi petinju profesional, Mayweather yang memiliki nama sama dengan sang ayah memang belum pernah merasakan kekalahan.

Tapi, layaknya manusia biasa, ayah lima anak itu ternyata pernah punya catatan kalah bertanding, tepatnya saat masih di level amatir. Parahnya salah satu pertandingan terjadi ketika ia mewakili Amerika Serikat di ajang multi-event terbesar, Olimpiade 1996.