Kisah Beatrice de Lavalette, Atlet Paralimpiade Tokyo Korban Bom Brussels

Rabu, 11 Agustus 2021 20:29 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
 Copyright:
Perjuangan untuk Selamat

Sempat hanya bisa melihat petugas melakukan evakuasi, hati Beatrice de Lavalette sempat begitu sakit, mungkin lebih sakit dari luka fisik yang dideritanya saat itu.

“Saya ingat pernah berpikir seperti ini, ‘Bagaimana denganku? Aku juga di sini’ dan saya merasa harus melakukan sesuatu. Saya mulai berteriak dalam bahasa Prancis dan Inggris,” ceritanya.

“Saya kemudian melihat seorang pemadam kebakaran dan mengangkat tangan saya. Dia melihat saya,” kenangnya lagi.

Singkat kata, Beatrice de Lavalette berhasil diselamatkan untuk kemudian mendapat penanganan medis lanjutan di rumah sakit.

Ia jatuh koma selama satu bulan dan mengalami luka dalam, luka bakar tingkat dua dan tiga, serta cedera sumsum tulang belakang. Selain itu, dua kakinya harus diamputasi.

Mengalami kondisi tersebut, Beatrice tentu sempat merasa terpukul, apalagi pada waktu ia sama sekali tidak dapat menggerakkan tubuhnya.

“Saya mengalami emosi yang naik turun, saya juga depresi. Ada hari-hari saat saya tidak bisa bergerak, namun ada kalanya pula saya berkata bahwa saya bisa bangkit,” ujarnya.

Berkat dorongan semangat dari keluarganya, Beatrice yang juga bermain sepak bola dan menekuni olahraga lari sejak kecil akhirnya memilih jadi atlet para-equestrian.

Lima bulan setelah insiden pengeboman Bandara Brussels, ia kembali menunggang kuda dan debut pada April 2017. Dua tahun kemudian, ia berhasil lolos ke Paralimpiade Tokyo 2020 mewakili tim Amerika Serikat.

Target utama Beatrice de Lavalette di Paralimpiade Tokyo 2020 adalah meraih podium, agar ia bisa menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.