Kisah Sarengat, Frustasi jadi Kiper Beralih Jadi Legenda Lari Indonesia
Sebelum masuk ke cabang olahraga atletik, Sarengat hobi bermain tenis dengan ayahnya, Prawirosuprapto, yang berprofesi sebagai guru. Di sela-sela kesibukan mengajar, ayahnya kerap mengajak Sarengat bermain tenis dengan bola tenis bekas dan raket seadanya. Tetapi itu hanya sekadar hobi.
Ketertarikan Sarengat sebenarnya adalah sepakbola. Hal itu karena dia terinspirasi oleh pamannya, Mursanyoto, yang saat itu menjadi kiper timnas PSSI. Melihat pamannya dapat membela negara, dia kemudian bertekad untuk mengikutinya.
Waktu itu dia masih di bangku sekolah dasar. Sarengat masuk ke dalam tim sepakbola sekolahnya dan selalu berlatih keras. Dia terus menguras tenaga agar bisa menjadi seorang kiper yang handal.
Ketekunannya itu berlanjut sampai dia SMP. Tetapi, saat itu Sarengat menerima kenyataan bahwa kemampuannya masih lebih buruk dari pada kiper lainnya. Dia pun kemudian selalu duduk di bangku cadangan.
Namun Sarengat tidak mau menyerah. Hari demi hari dia habiskan untuk berlatih, dan terus berlatih.
Sampai akhirnya, saat kelas tiga SMP, ternyata usaha keras Sarengat tetap gagal. Dia masih tidak dipercaya oleh pelatihnya untuk menjadi kiper utama.
Sarengat pun menerima kenyataan pahit itu saat SMA, dan memilih untuk pindah ke cabang olahraga lain, yakni atletik.