Sejarah PON I di Solo: Perjuangan di Bawah Bayang-Bayang Belanda

Jumat, 24 September 2021 22:05 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Nugrahenny Putri/Indosport.com
Stadion Sriwedari, Solo, yang kini jadi Monumen PON I. Copyright: © Nugrahenny Putri/Indosport.com
Stadion Sriwedari, Solo, yang kini jadi Monumen PON I.

INDOSPORT.COM - Berikut sejarah Pekan Olahraga Nasional (PON) I yang pertama kali digelar di Kota Solo pada 9 sampai dengan 12 September 1948.

Kala itu, gelaran olahraga multi-event ini harus berlangsung di tengah bayang-bayang Belanda yang masih ingin berdaulat di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan 1945.

Seperti telah diketahui, Indonesia cukup kesulitan mendapat pengakuan kedaulatan meski telah merdeka pada tahun 1945. Hal ini pun berimbas pada sektor olahraga yang saat itu sedang berbenah untuk ikut Olimpiade.

Semua berawal dari upaya Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) pada tahun 1946 agar Indonesia bisa berpartisipasi di Olimpiade London 1948. Sebuah perjuangan yang jelas tidaklah mudah.

PORI pun membentuk Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Namun sayangnya, komite ini belum menjadi anggota International Olympic Committee (IOC).

Di sisi lain, Indonesia juga belum memiliki status keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keadaan inilah yang jadi batu sandungan terbesar Indonesia untuk berlaga di ajang Olimpiade London 1948.

Indonesia yang kemudian mengirim delegasinya (Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Letkol Aziz Saleh, dan Mayor Maladi) sebagai peninjau ternyata menemui satu masalah lagi, yakni diharuskan memiliki paspor Belanda.

Indonesia memang berada di situasi yang sangat tidak mengenakkan pada waktu itu, mengingat bayang-bayang mantan penjajah ternyata masih menempel kuat setelah proklamasi kemerdekaan 1945.

Pihak penyeleggara Olimpiade Inggris sendiri tidak mengakui paspor Indonesia dan mengharuskan penggunaan paspor Belanda, yang mana tidak dapat diterima oleh siapa pun WNI di Bumi Pertiwi yang sudah merdeka ini.

Karena tidak dapat berpartisipasi di Olimpiade Inggris 1948, PORI pun mengambil keputusan untuk menggelar ajang olahraga di negeri sendiri, yang kemudian dikenal sebagai Pekan Olahraga Nasional (PON).