Komunitas JLO Sebagai Solusi Atasi Balap Liar

Jumat, 14 November 2014 15:04 WIB
Penulis: Riki Ilham Rafles | Editor: Abinery Hamzano
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Komunitas JLO Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Komunitas JLO

Jalan Asia-Afrika di kawasan Senayan, Jakarta kerap dijadikan arena ajang balap liar oleh sekelompok pemuda. Jalanan itu menjadi tempat favorit pebalap liar karena memiliki tipe jalanan yang lurus dan panjang.

Biasanya para pebalap liar itu memulai aksinya di atas jam 12 malam. Walau terkesan ugal-ugalan, namun ata-rata dari peserta balap liar itu mengendarai mobil berkategori mewah.

Danny, salah satu pebalap liar yang INDOSPORT temui pada Jumat (13/11/14) dini hari WIB, mengatakan dia sering ikut ambil bagian pada balapan di Asia-Afrika karena sejak remaja memiliki hobi modifikasi mesin mobil.

"Mulai senang balapan di sini sejak kuliah. Sampai sekarang sudah kerja masih suka juga. Gimana ya, hobi saya otak-atik mesin mobil. Kalau tidak balapan jadi tidak seru," ujar Danny.

Pria berusia 30 tahun itu menambahkan, mengikuti ajang balap liar membuat adrenalinnya menjadi semakin terpacu. Karena di saat itu dia tidak hanya beradu kecepatan dengan lawan, tapi juga merasa waspada akan kedatangan polisi.

"Lagi pula kita bisa dapat banyak ketegangan di sini. Tidak cuma karena ingin menang balapan, tapi ada takutnya juga kalau ada polisi datang pas kita lagi balapan," lanjut dia.

Jalan Asia-Afrika sudah puluhan tahun dijadikan arena ajang balap liar. Walau sudah memakan banyak korban akibat kecelakaan, namun tidak membuat para pebalap liar yang biasa beraksi di sana jera.

Tak dapat dipungkiri, menjamurnya ajang balap liar di Jakarta dikarenakan kurangnya fasilitas sirkuit yang ada. Saat ini, hanya ada sirkuit Sentul saja yang bisa dijadikan tempat latihan resmi bagi mereka yang hobi melakukan balapan.

Namun, harga sewa yang lumayan tinggi membuat para pebalap liar berpikir dua kali. Jadi, satu-satunya alternatif mereka menyalurkan hobi balapan adalah di jalan umum yang juga dilalui oleh pengguna yang lain.

"Mending uang buat sewa trek kita pakai buat modifikasi mesin. Lumayan kan 2-3 kali balapan uangnya bisa buat beli sparepart," kata Danny sembari tertawa.

Melihat akar masalah seperti itu, nampaknya peran aparat kepolisian untuk menekan maraknya balap liar mesti turut didukung pihak lain. Setidaknya ada usaha dari pemerintah untuk membuat fasilitas balapan yang legal sehingga para pebalap liar terakomodir dan tidak mengganggu pengguna jalan umum yang lain.

Berikut masalah dan solusi untuk mengurangi balap liar:

34