Catatan Miris Tunggal Putra Indonesia di Ajang Badminton Australia Open

Senin, 3 Juni 2019 20:05 WIB
Penulis: Tiyo Bayu Nugroho | Editor: Lanjar Wiratri
© Badminton Talk
Jonathan Christie berhasil menerima penghargaan sebagai juara  New Zealand Open. Copyright: © Badminton Talk
Jonathan Christie berhasil menerima penghargaan sebagai juara New Zealand Open.

INDOSPORT.COM - Terdapat catatan miris pada sektor tunggal putra Indonesia di ajang bulutangkis internasional Australia Open sejauh ini.

Australia Open telah berlangsung sejak 1975 silam hingga kini 2019. Nantinya Australia Open kali ini bakal berlangsung pada 4 hingga 9 Juni.

Turnamen Australia Open 2019 bakal berlangsung di Quaycentre, Sydney, Australia dengan hadiah mencapai Rp2,1 miliar (USD 150 ribu dolar).

Sederet pebulutangkis andalan Indonesia dari berbagai sektor diturunkan seperti Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, hingga Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Mereka semua bakal berjuang demi bisa menjuarai ajang ini demi membawa nama Indonesia semakin bersinar di kancah internasional.

© Humas PBSI
Anthony Ginting kandaskan Jonatan christie di perdelapanfinal Fuzhou China Open 2018. Copyright: Humas PBSIAnthony Ginting kandaskan Jonatan christie di perdelapanfinal Fuzhou China Open 2018.

Meski demikian ternyata ada sebuah catatan miris di nomor tunggal putra Indonesia pada turnamen Australia Open ini. Tentu hal ini harus segera dipatahkan pada edisi sekarang.

Tunggal putra Indonesia pertama yang memenangkan Australia Open ialaha Ardy Wiranata pada 1990. Lalu dua tahun kemudian Eddy Kurniawan bisa memenangkannya.

1994 silam giliran Jefry Tjoandi yang membawa medali Australia Open. Empat tahun berselang Rio Suryana bisa mengharumkan nama Indonesia di dunia.

Kemudian Dionysius Hayon Rumbaka berhasil mendulang juara di Australia Open. Gelar tersebut menjadi yang terakhir di sektor tunggal putra sejauh ini.

Pada 2010, Indonesia sempat punya harapan dari Alamsyah Yunus. Sempat tampil gemilang di laga-laga awal tetapi harus kandas di babak semifinal oleh Tien Minh Gnuyen (Vietnam) dengan skor 21-10, 21-14.

© badmintonindonesia
Tommy Sugiarto, pebulutangkis Indonesia. Copyright: badmintonindonesiaTommy Sugiarto, pebulutangkis Indonesia.

Setahun berikutnya tunggal putra Indonesia yang diwakili Tommy Sugiarto sempat bermain sangat bagus. Namun di babak semifinal kandas oleh Wong Choong Hann (Malaysia) dengan skor 21-16, 21-19.

Hal serupa dialami oleh Simon Santoso ketika berlaga di Australia Open 2012. Ia gagal di partai semifinal oleh wakil China Chen Jin dengan skor 22-20, 21-15.

Hantu babak semifinal kembali menghantui tunggal putra Indonesia. Kali ini Alamsyah Yunus tumbang dari wakil China Xue Song dengan skor 21-10, 18-21, 21-15.

Harapan tunggal putra bisa menjuarai Australia Open sempat terbuka usai Simon Santoso bisa tampil di final. Namun kandas oleh Lin Dan (China) dengan skor 22-24, 21-16, 21-7.

Pada 2015, dua tunggal putra Indonesia Simon Santoso dan Tommy Sugiarto gagal di pertandingan pertama Australia Open dan menjadi catatan tersendiri bagi Tanah Air.

© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Caption Copyright: Herry Ibrahim/INDOSPORTMantan pebulutangkis Indonesia Simon Santoso.

Kemudian Indonesia ada harapan lagi dari tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting. Tetapi ia gagal di babak semifinal usai dikalahkan Jeon Hyeok-jin (Korea Selatan) dengan skor 19-21, 21-16, 19-21.

Di Australia Open 2017, dua tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie tumbang di putra kedua dari masing-masing wakil China.

Soni Dwi Kuncoro dan Tommy Sugiarto sempat tembus ke babak quarterfinal. Namun keduanya kembali kandas dari wakil-wakil China, yakni Zhao JP dan Zhou ZQ.

Kini di ajang Australia Open 2019, Indonesia bertumpu pada Tommy Sugiarto, Anthony Sinisuka Ginting, dan Jonatan Christie di sektor tunggal putra.

Mereka tampaknya dituntut untuk bisa mendulang kemenangan di Australia Open. Sebab sudah hampir 10 tahun Indonesia belum meraih gelar juara lagi.

3