INDOSPORT.COM – Keberhasilan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan memenangi kejuaraan dunia bulu tangkis 2019 seakan menjadi anti-tesis dari stigma kalau CLBK itu pahit seperti yang tertuang dalam sebuah novel berjudul Koala Kumal karangan Raditya Dika.
Binatang koala menjadi 'benang merah' dari figur-figur kawakan Indonesia berbeda 'jurusan' tersebut. Sebelum menjelaskannya, perlu diketahui bahwa koala tengah kehilangan habitat karena pembalakan liar pada hutan, menurut World Wildlife Fund (WWF) pada September 2018.
Laporan WWF menyebut bahwa illegal logging marak terjadi di negara maju seperti Australia. Sedikitnya 12.300 hektar hutan di New South Wales, telah diratakan buldoser.
Akibat pembalakan liar itu, para penghuni hutan terpaksa melakukan migrasi dan mengucapkan selamat tinggal pada habitat tercintanya.
Namun demikian, masih menurut artikel yang sama, mungkin karena saking cintanya dengan habitat lamanya, 2 ekor koala memutuskan kembali ke hutan itu.
Akan tetapi, koala itu harus menerima kenyataan bahwa habitatnya yang hijau telah menjadi gersang rata dengan tanah. Momen itupun sempat diabadikan oleh WWF di mana dua ekor koala dengan badan kumalnya itu hanya terdiam mematung seakan tak percaya habitatnya telah berubah.
Kisah sedih mengenai dua ekor koala yang tak bisa balik ke habitatnya pun diangkat oleh penulis novel kawakan, Raditya Dika, untuk dijadikan salah satu karyanya berjudul Koala Kumal. Inti dari cerita novel itu sendiri tentang keinginan untuk CLBK yang terasa fana.
Rasa sayang yang berubah itu mengakibatkan pasangan itu tak lagi sefrekuensi sehingga CLBK itu tidak berjalan sukses. Namun, ternyata itu tak berlaku bagi pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.