In-depth

Mengenang Suharso Suhandinata, Diplomat Bulutangkis Indonesia di Balik Penyatuan BWF

Kamis, 23 April 2020 19:22 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© https://www.djarumbadminton.com
Nama Suharso Suhandinata begitu dikenang di bulutangkis dunia dan Indonesia berkat sejumlah jasa-jasa besarnya bagi olahraga ini. Copyright: © https://www.djarumbadminton.com
Nama Suharso Suhandinata begitu dikenang di bulutangkis dunia dan Indonesia berkat sejumlah jasa-jasa besarnya bagi olahraga ini.

INDOSPORT.COM - Nama Suharso Suhandinata begitu dikenang di bulutangkis dunia dan Indonesia berkat sejumlah jasa-jasa besarnya bagi olahraga ini. 

Indonesia selama puluhan tahun dikenal sebagai salah satu kekuatan bulutangkis dunia. Tak cuma menghasilkan atlet-atlet bulutangkis andal, Indonesia juga memiliki orang-orang yang berjasa besar dalam memajukan bulutangkis dunia.

Sebagai gambaran betapa besar jasa putra bangsa bagi olahraga bulutangkis, dua nama orang Indonesia diabadikan dalam kejuaraan bulutangkis dunia. 

Bila Eropa memiliki Piala Thomas dan Piala Uber, maka Piala Sudirman bisa dianggap sebagai representasi dari Asia. Sudirman seperti yang kita tahu merupakan mantan Ketua PB PBSI yang sukses memindahkan kiblat bulutangkis dunia ke Tanah Air (1952-1963 dan 1967-1981).

Selain Sudirman, ada satu sosok lagi yang tak kalah berjasanya. Orang itu tak lain adalah Suharso Suhandinata. 

Tak sembarangan memang rekam jejak yang dimiliki Suhandinata. Namanya bahkan diabadikan pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2019, yang dikenal dengan Suhandinata Cup.

Pengusaha yang Cinta Bulutangkis

Lahir 20 September 1916, Suharso Suhadinata menghabiskan masa kecilnya di Kota Bandung. Ia merupakan anak ketiga dari tujuh orang bersaudara dari pasangan Souw Swie Koen dan Gouw Kwie Tjie.

Ayahnya merupakan salah satu saudagar tembakau terkenal di Kota Bandung saat itu. Meski berasal dari keluarga berada, Suharso Suhandinata yang memiliki nama Tionghoa Souw Han Seng ini sudah mulai merantau ke luar negeri sejak berumur 17 tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Tiong Hoa Hwee Koan (THHK), Bandung, Suharso pergi ke Hong Kong untuk menimba ilmu di La Salle College.

Setelah dua tahun menyelesaikan pendidikannya, Suharso Suhandinata kembali ke Bandung untuk membantu usaha kedua orang tuanya.

Pada tahun 1947, Suharso Suhandinata muda merantau ke Jakarta dan membuat sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi bahan-bahan bangunan.

Di sela-sela kesibukannya sebagai pengusaha, ternyata Suhandinata menunjukkan perhatian besar pada bulutangkis, olahraga yang digemarinya ketika remaja.

Suharso Suhandinata lantas menduduki posisi tertinggi PB Tangkas, salah satu klub bulutangkis pada 1962. Setelah dipegang Suhandinata, PB Tangkas berkembang menjadi klub bulutangkis ternama dan mampu menghasilkan nama-nama besar, seperti Icuk Sugiarto, Ricky Subagdja, dan Liliyana Natsir.

Diplomat Bulutangkis Dunia

Dari PB Tangkas, nama Suharso Suhandinata pun terangkat ke panggung bulutangkis dunia. Berawal sebagai wakil ketua umum PBSI, ia kemudian diangkat menjadi anggota tetap International Badminton Federation (IBF).

Selama aktif di IBF, salah satu perjuangan besar Suharso Suhandinata ialah membawa olahraga bulutangkis menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertimbangkan tampil di Olimpiade. Harapan itu akhirnya terwujud di Olimpiade Barcelona 1992.

Peran pentingnya yang paling diingat tentu saja ialah menyatukan dua organisasi bulutangkis internasional yang saat itu sedang berseberangan, yaitu International Badminton Federation (IBF) dan Badminton World Federation (BWF).

BWF sebenarnya merupakan pecahan dari IBF yang didirikan China pada Februari 1978 di Hong Kong. Berdirinya BWF tidak lepas dari keputusan IBF yang menolak mengeluarkan asosiasi bulutangkis Afrika Selatan karena kasus politik apartheid. 

Di tengah konflik tersebut, Suharso Suhandinata berperan sebagai pemersatu dua organisasi tersebut. Tiga tahun setelah memutuskan keluar dari IBF, negara-negara anggota BWF akhirnya kembali menjadi anggota IBF pada sebuah kongres tertanggal 26 Mei 1981.

Atas kehebatannya, Suharso Suhandinata mendapat julukan Diplomat Bulutangkis. Lewat Council Meeting BWF, pada 2008 disepakati nama turnamen beregu World Junior Team Championship berganti menjadi Suhadinata Cup. Penghormatan ini dilakukan dua tahun sebelum ia meninggal dunia pada 2010. 

Keputusan tersebut membuat Indonesia memiliki dua orang legenda bulutangkis yang namanya diabadikan menjadi kejuaraan bulutangkis internasional.