Takut Terjerumus Prostitusi, Juara Afrika Ini Sempat Tak Boleh Main Bulutangkis

Senin, 15 Juni 2020 14:52 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Lars Ronbog / FrontZoneSport via Getty Images
Ilustrasi bulutangkis dan raket. Copyright: © Lars Ronbog / FrontZoneSport via Getty Images
Ilustrasi bulutangkis dan raket.

INDOSPORT.COM – Pebulutangkis putri asal Nigeria, Dorcas Ajoke Adesokan sempat tidak dibolehkan bermain bulutangkis oleh ayahnya karena khawatir akan terjerumus di dunia prostitusi.

Adesokan mencintai dunia bulutangkis sejak dia masih remaja. Namun, saat dia memutuskan berkarier secara profesional ada saja halangan yang merintang, salah satunya restu sang ayah.

Dilansir dari stus resmi BWF, ayahnya pernah merasa khawatir bila karier bulutangkis bisa menjerumuskan putrinya ke pergaulan yang buruk. Parahnya, dia khawatir sang putri bakal jadi pelacur.

Adesokan yang pernah meraih medali emas di Kejuaraan Afrika ini pun mencoba membuktikan apa yang diyakini ayahnya selama ini adalah salah. Untungnya, dia memiliki ibu dan saudara laki-lakinya yang selalu mendukung setiap perjalanan kariernya.

“Berdasarkan cerita yang beliau dengar, beliau khawatir saya akan menjadi gadis nakal, mungkin pelacur,” kata Adesokan saat diwawancarai TrustSports.

“Ibu saya adalah pencukung no. 1 saya. Faktanya, seluruh keluarga sekarang mendukung saya,” tambah Adesokan.

Bakat pebulutangkis kelahiran Ogun ini mulai dikenal saat usianya masih 10 tahun. Pelatihnya di sekolah dasar mulai menyempurnakan teknik permainannya.

Akhirnya, Adesokan mulau menekuni bulutangkis hingga dia menginjak bangku sekolah menengah. Karena pagi dan siang hari dia gunakan untuk sekolah, maka dia intens berlatih pda malam hari.

Kemudian ketika dia menginjak bangku kuliah, Adesokan mengubah metode pelatihan dengan berlatih di pagi hari.

“Kadang-kadang, saya meninggalkan sekolah untuk menghadiri turnamen dan kadang-kadang, saya meninggalkan turnamen untuk menulis ujian,” ungkapnya.

Hingga kemudian pada 2013, dia resmi dipanggil untuk memperkuat timnas bulutangkis di negaranya, Nigeria. Selama dua tahun dia menempa diri di pelatnas, meski pada 2015 dia terpaksa keluar dari tim.

Kala itu timnas sedang mempersiapkan African Games namun Adesokan tidak boleh mengabaikan tugas ujian akhis di kampusnya. Padahal, African Games kala itu bisa jadi pertama kali dalam kariernya.

“Saya harus mengambil keputusan paling menyakitkan pada tahun 2015 ketika saya keluar dari tim Pertandingan Afrika untuk ikut ujian akhir saya. Itu akan menjadi Pertandingan Afrika pertama saya. Saya menangis tetapi tidak punya pilihan lain,” imbuh Adesokan.

Pengorbanan Adesokan pun berbuah manis. Dia menebus kegagalannya dengan meraih medali di Olimpiade di Rabat, Maroko, empat tahun kemudian. Dia pulang dengan menggondol medali emas dan perak di tunggal dan ganda putri.

Empat bulan kemudian, Adesokan menjadi juara Afrika, dalam tiga sektor, tunggal putri, ganda putri dan gelar tim campuran.

“Itu adalah hadiah terakhir di Afrika dan saya memenangkannya di hadapan penggemar saya,” pungkas Adesokan yang kini tengah berjuang menembus Olimpiade 2020 Tokyo yang digelar tahun depan.