Ada yang Libatkan Indonesia, 3 Kontroversi yang Warnai Piala Thomas

Jumat, 14 Agustus 2020 20:49 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
© Robertus Pudyanto/Getty Images
Trofi Thomas Cup Copyright: © Robertus Pudyanto/Getty Images
Trofi Thomas Cup

INDOSPORT.COM – Turnamen beregu bergengsi, Piala Thomas dan Uber 2020 akan segera menghapus rasa kangen para Badminton Lovers, 3-11 Oktober mendatang.

Denmark untuk pertama kalinya akan menjadi tuan rumah Piala Thomas dan Uber, tepatnya di Ceres Arena, Aarhus. Tim putra China akan turun sebagai juara bertahan Piala Thomas dan tim putri Jepang tampil sebagai juara bertahan Piala Uber.

Piala Thomas dan Uber ini akan menjadi edisi yang ke-31. Sudah berlangsung sejak 1949, turnamen ini tak lepas dari sejumlah kontroversi. Bahkan saking hebohnya, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) harus merevisi aturan mainnya beberapa kali.

Menjelang turnamen ini, berikut INDOSPORT mengulas tiga edisi Piala Thomas yang diwarnai dengan kontroversi.

Piala Thomas 1964

Asa Denmark untuk memenangkan Piala Thomas untuk pertama kalinya pupus di tangan tim Indonesia. Jepang ketika itu menjadi tuan rumah untuk kali pertama dan Indonesia sebagai juara bertahan melawan Denmark di babak final.

Saat itu Denmark di atas angin usai unggul 3-1 di hari pertama babak final. Pemain Denmark Erland Kops yang saat itu menjadi salah satu yang terbaik diharapkan bisa menuntaskan perjuangan timnya.

Namun sebagaimana dikutip dari NST, penonton Indonesia yang militan melakukan segala cara untuk menggagalkan kemenangan Denmark.

Sebanyak 300 pendukung Indonesia terbang ke Jepang dan mulai menyoraki tim lawan hingga sengaja menyalakan lampu blitz untuk mengalihkan perhatian pemain Denmark.

Tingkah pendukung Indonesia rupanya berhasil hingga mengganggu Kops di poin-poin penting. Ferry Sonneville yang menjadi lawannya, mampu balik menekan bahkan membantu Indonesia mempertahankan Piala Thomas.