Media Asing Sesumbar Tim China Bakal ‘Mulus’ Pertahankan Gelar Piala Uber 2022, Kenapa?

Selasa, 5 April 2022 20:15 WIB
Penulis: Miranti | Editor: Yosef Bayu Anangga
© Shi Tang/Getty Images
Tunggal putri China, Chen Yufei, diprediksi bakal sukses memimpin rekan-rekan timnya untuk perhelatan Piala Uber 2022. Copyright: © Shi Tang/Getty Images
Tunggal putri China, Chen Yufei, diprediksi bakal sukses memimpin rekan-rekan timnya untuk perhelatan Piala Uber 2022.
Keunggulan Tim Uber China

Media Sohu menilai bahwa saat ini tim nasional putri Asosiasi Bulutangkis China (CBA) memiliki materi yang baik dan kuat. Terdapat 3 pemain tunggal putri dengan kekuatan yang setara.

Dimulai dari Chen Yufei, He Bingjiao, dan Zhang Yiman. Lalu didukung ganda putri yang sedang onfire, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan serta Zhang Shuxian/Zheng Yu.

Chen Yufei dengan pengalamannya sebagai peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, He Bing Jiao yang baru sukses merebut gelar German Open 2022, serta Zhang Yiman yang sabet medali perunggu Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2021.

Sementara, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan adalah ganda putri ranking 1 dunia saat ini dan meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020.

Kemudian, ganda putri kombinasi baru Tiongkok, Zhang Shuxian/Zheng Yu, juga sukses debut sebagai runner up All England 2022.

Jika dibandingkan dengan kesuksesan Piala Uber 2020 lalu, diprediksikan bahwa Jepang akan menjadi rival sengit China.

Kondisinya, ganda putri Jepang dianggap sedang mengalami kemunduran yang cukup siginifikan dibanding tahun sebelumnya.

Saat ini, ganda putri Jepang yang paling kompetitif adalah Nami Matsuyama/Chiharu Shida.  Sementara Yuki Fukushima/Sayaka Hirota serta Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara baru sembuh dari cedera.

Tunggal putri Jepang juga tak kalah jadi ancaman, seperti Akane Yamaguchi, Nozomi Okuhara, hingga Sayaka Takahashi. Namun tunggal putri China optimis bisa melawannya.

Di sisi lain, media Sohu justru memprediksikan sebaliknya untuk tim Thomas 2022. China diprediksi bakal sulit melangkah lebih jauh ke final.

Hal itu lantaran tim bulutangkis China memiliki masalah pada regenerasi tunggal putra dan ganda putra yang dianggap lambat. Contohnya, setelah Shi Yuqi dan Chen Long, belum lagi ada tunggal putra China yang setara secara prestasi.