Suka Duka Pemilik ‘Smash 100 Watt’ Jadi Raja Tunggal Putra Indonesia: Paksa Latihan Meski Cedera

Kamis, 8 September 2022 15:32 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Indra Citra Sena
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Legenda bulutangkis, Hariyanto Arbi, menceritakan suka dukanya mengemban status sebagai raja tunggal putra Indonesia termasuk memaksa latihan meski cedera. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Legenda bulutangkis, Hariyanto Arbi, menceritakan suka dukanya mengemban status sebagai raja tunggal putra Indonesia termasuk memaksa latihan meski cedera.

INDOSPORT.COM – Legenda bulutangkis, Hariyanto Arbi, menceritakan suka dukanya mengemban status sebagai raja tunggal putra Indonesia, termasuk pernah memaksakan diri berlatih meski tengah dibekap cedera.

Hariyanto Arbi merupakan mantan pebulutangkis dari Indonesia yang masuk dalam beberapa pemain tunggal terbaik dunia di era 1990-an.

Salah satu pencapaian terbaiknya yakni berhasil memenangkan All England secara back-to-back, yakni pada tahun 1993 dan 1994.

Selain itu, Haryanto Arbi juga pernah menjuarai Hong Kong Open (1994 dan 1995), Japan Open (1993, 1995), Taipei Master (1993, 1994), Juara Dunia State Express 555 (1994), juara ASEAN Games (1994), Kejuaraan Dunia (1995) dan Thomas Cup (1994, 1996, 1998 dan 2000).

Ini membuat Hariyanto Arbi dianggap sebagai tunggal putra tersukses secara international di antara rekan-rekannya seperti  Ardy Wiranata, Joko Suprianto, Alan Budikusuma, Hermawan Susanto, dan Hendrawan.

Siapa sangka. Kesuksesan Hariyanto Arbi menyabet deretan gelar juara internasional tersersebut dilalu dengan dengan perjuangannya melawan cedera.

Berbicara dalam wawancara di kanal YouTube PB Djarum, Hariyanto Arbi menuturkan bahwa sebenarnya dia menanggung cedera hamper di semua bagian tubuh sejak masih remaja.

Cedera yang dialaminya ini dikarenakan faktor eksternal, mulai dari sol sepatunya terlaly tipis, harus latihan di lapangan dengan permukaan aspal hingga semen.

“Semua (bagian tubuh) cedera, kalo bagian kecil di lutut cederanya waktu di umur 14-15, faktornya sepatunya tipis, latihan di aspal, lapangan dulu semen,” ujar Hariyanto Arbi.

“Cedera pinggang retak sudah pernah,” lanjutnya.