In-depth

Termasuk Agung Firman Sampurna, 3 Ketum PBSI Ini Juga Pernah Didesak Mundur

Sabtu, 21 Oktober 2023 12:05 WIB
Penulis: Serly Putri Jumbadi | Editor: Indra Citra Sena
© PBSI
Eks Ketua Umum PBSI, Djoko Santoso, meninggal dunia. Copyright: © PBSI
Eks Ketua Umum PBSI, Djoko Santoso, meninggal dunia.
Djoko Santoso

Era Agung Firman Sampurna bak mengulang era Djoko Santoso yang pernah menjabat sebagai Ketum PBSI pada periode 2008 hingga 2012.

Djoko Santoso bisa dibilang relatif gagal menjalankan tugasnya dengan baik untuk membawa tim bulutangkis Indonesia berprestasi di level internasional.

Di era kepemimpinannnya, tim bulutangkis Indonesia untuk pertama kalinya gagal mempersembahkan medali emas di ajang Olimpiade.

Padahal, sejak bulutangkis pertama kali dipertandingkan pada Olimpiade 1992, Indonesia selalu berhasil mempersembahkan medali.

Kegagalan Indonesia di Olimpiade London 2012 itu membuat Djoko Santoso banjir desakan untuk mundur dari jabatannya sebagai Ketum PBSI.

Alhasil, Djoko harus berlapang dada tak maju lagi pada pencalonan Ketum PBSI, di mana Gita Wirjawan yang terpilih pada periode selanjutnya.

Kendati demikian, di era Djoko Santoso, Indonesia masih meraih prestasi di SEA Games 2011. Kala itu, skuad Merah Putih berhasil keluar sebagai juara umum dengan menyabet total 11 medali.

Ferry Sonneville

Legenda bulutangkis Indonesia yakni Ferry Sonneville pernah memiliki nasib yang serupa dengan Agung Firman Sampurna yakni didesak mundur dari jabatannya sebagai Ketum PBSI.

Tak hanya menjadi seorang atlet bulutangkis, Ferry juga turut andil dalam mendirikan PP PBSI pada tahun 1951 dan ikut mendirikan KONI pada 1966.

Dengan rekam jejak yang cukup positif selama menjadi anggota KONI, Ferry didapuk menjadi ketua umum pada tahun 1970.

Selain itu, Ferry juga sempat menjabat sebagai presiden International Federation Badminton (IBF) atau yang sekarang BWF, pada periode 1971-1974.

Sementara itu, Ferry Sonneville juga dikenal sebagai Ketum PBSI yang memiliki sejumlah aturan kontroversial salah satunya mengubah sponsor perorangan menjadi kolektif.

Bahkan, beberapa aturan tersebut membuatnya dikritik oleh beberapa legenda bulutangkis. Salah satunya adalah Tan Joe Heok.

Hal ini membuat Ferry lengser dari kursi ketua umum PBSI dan digantikan dengan Dick Sudirman yang menjabat pada 1981 hingga 1985.