Pertandingan baru memasuki menit ke 81, saat wasit menghentikan laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Padahal papan skor masih berpihak pada tim tamu Sriwijaya FC, yang pada Jumat (25/06) malam, masih memimpin dengan satu gol.
Atmosfer panas memasuki puncaknya usai kabut dari bom asap berpadu dengan sisa gas air mata yang dilepaskan polisi. Saat pemain menepi ke pinggir lapangan, seketika pula insiden pecah.
Sejumlah The Jakmania berusaha masuk ke dalam lapangan, yang diawalai pada menit ke 77. Sebagian berusaha menyelamatkan diri karena udara cemar, namun sebagian lain nampak terlibat keributan dengan aparat keamanan.

Kejadian tidak hanya sampai di situ, di luar stadion suasana tidak kalah mencekam. Pada lokasi di antara pintu IX dan X yang kemudian dikenal dengan pintu merah, sebagian pendukung Persija Jakarta telah terlibat insiden dengan para polisi.
Imbasnya, jatuh korban dari pihak pendukung dan polisi. 155 The Jakmania diamankan dan 6 orang polisi tumbang, bahkan seorang diantaranya dalam keadaan kritis.

Kabar terakhir, Polisi masih menahan 7 anggota yang diduga anggota dari The Jakmania yang segera menjadi tersangka kericuhan. Hal ini menjadi citra buruk selanjutnya bagi persepakbolaan nasional.
Sebagai negara yang menjadikan sepakbola sebagai energi kedua bagi masyarakatnya, Indonesia sudah saatnya melakukan pembenahan di semua lini. Tidak hanya soal perilaku suporter, tapi juga belajar bagaimana menangani tindakan para pecinta bola dengan semestinya.
Berikut catatan dari insiden yang terjadi di SUGBK yang coba dirangkum oleh INDOSPORT;