Wawancara Khusus

Kisah Adam Alis 'Si Madun', Penyuka Jengkol yang Rela Tak Kuliah Demi Sepakbola

Minggu, 11 September 2016 13:00 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Galih Prasetyo
© Herry Ibrahim/Indosport
Adam Alis Copyright: © Herry Ibrahim/Indosport
Adam Alis
Hijrah ke Liga Bahrain dan Momen Terbaik

INDOSPORT: Setelah dari Persija Jakarta, Anda pernah merumput di Liga Bahrain bersama East Riffa. Lantas apa yang membuat Anda kembali berkarier di sini?

Adam Alis: Kalau dari Bahrain itu karena di tim, gelandangnya numpuk. 3 dari 4 pemain asing itu gelandang semua, dan mereka ingin melepas untuk menambal pos lain. Di klub juga ada beberapa pemain Timnas Bahrain yang posisinya gelandang juga, normal saja kalau keluar masuk klub di sepakbola. Tetapi jika ada kesempatan lagi saya ingin main ke luar negeri.

INDOSPORT: Apa ada kendala yang Anda alami selama beberapa waktu di Bahrain?

Adam Alis : Pertama kali saya bingung soal bahasa yang berbeda terus dari makanan juga, tetapi kan banyak orang indonesia jadi bisa menyesuaikan. Apalagi semua kebutuhan juga diurus klub.

INDOSPORT: Apa perbedaan yang Anda rasakan antara Indonesia dan Bahrain dalam hal sepakbola?

Adam Alis : Mereka lebih profesional, pembinaan usia mudanya juga bagus, fasilitasnya juga lengkap dan cara kepelatihannya juga bagus.

INDOSPORT: Selama berkarier di sepakbola, apa momen yang paling berkesan?

Adam Alis: Momen terbaik saya itu waktu di timnas U-23 di debut pertama langsung bikin gol itu juga yang mungkin membuat orang mengenal saya.

INDOSPORT: Lawan paling tangguh?

Adam Alis: Lawan terberat saya pikir pas lawan Korea Selatan, mereka kualitasnya jauh di atas kita. Pokoknya mereka sudah oke lah.

2.1K