Laga Community Shield antara Arsenal kontra Chelsea telah menjadi lembaran sejarah baru di dunia sepakbola, khususnya di tanah Inggris. Untuk kali pertama, sistem adu penalti konvensional berganti dengan sistem baru.
Dalam sistem adu penalti lama, pemain dari kedua tim saling bergantian melakukan eksekusi. Dalam sistem baru, setelah pemain tim A melakukan tendangan pertama, tendangan kedua dan ketiga menjadi hak tim B.
Tim A baru mendapat jatah untuk tendangan ke-4 dan ke-5 dan dilanjut dengan dua penendang berikutnya dari tim B. Begitu seterusnya sampai lima pemain dari tiap tim telah melakukan tendangan dan diketahui pemenangnya.
Alih-alih mendapat pujian, sistem adu penalti ABBA ini justru menuai banyak kritik. Steven Gerrard yang kini menjadi komentator televisi menyatakan dengan tegas lebih menyukai sistem lama. Menurut legenda Liverpool itu, sistem adu penalti yang lama lebih punya tensi karena bisa terjadi susul-menyusul dalam mencetak gol.
"Dalam sistem baru, jika Anda gagal mencetak gol pada tendangan pertama lalu lawan mampu mencetak dua gol langsung maka akan menjadi keunggulan besar tim kedua," ucap Gerrard seperti dikutip Telegraph.
Kritik Gerrard, diamini eks manajer Timnas Inggris, Glenn Hoddle. "Setiap tim pasti akan berpikir ulang untuk menjadi eksekutor pertama. Jika lawan gagal mengeksekusi tendangan pertama, Anda akan punya kesempatan untuk unggul jauh dengan mencetak dua gol. Jadi, tim akan cenderung memberi kesempatan lawan untuk melakukan tendangan pertama," ungkap Hoddle.
Kritik terhadap sistem baru adu penalti ini juga banyak dimunculkan para warganet di tanah Inggris. Sistem baru ini dinilai buruk dan hanya membuat sepakbola menjadi kurang menarik.
Pada pertandingan Community Shield 2017, Arsenal keluar menjadi juara setelah menang 4-1 dalam adu penalti dari Chelsea. Pada waktu normal, The Gunners bermain imbang 1-1 dengan The Blues.