Liga 2

Dituding 'Dibantu' Wasit, Ini Respon PSBK Blitar

Rabu, 11 Oktober 2017 11:31 WIB
Kontributor: Ian Setiawan | Editor: Galih Prasetyo
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Dadang Apridianto terus mengintervensi keputusan wasit atas berbagai pelanggaran timnya. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Dadang Apridianto terus mengintervensi keputusan wasit atas berbagai pelanggaran timnya.

PSBK Blitar menanggapi dingin semua tudingan miring yang dilayangkan pihak Persewangi Banyuwangi. Dalam laga play-off khusus itu, Persewangi meradang setelah kalah 0-1 dari PSBK dan menyebabkan hilangnya satu tempat di babak play-off Grup H.

Lantaran tak puas dengan kekalahan, Persewangi menuding Wasit Suhardiyanto sangat memihak kubu PSBK selama pertandingan. Padahal, kedua tim sama-sama menampilkan adegan kekerasan di lapangan hingga membuat pertandingan terhenti lebih dari lima kali.

© Ian Setiawan/INDOSPORT
Wasit Suhardiyanto pun dibuat sibuk melerai pertengkaran pemain kedua tim sepanjang pertandingan. Copyright: Ian Setiawan/INDOSPORTWasit Suhardiyanto pun dibuat sibuk melerai pertengkaran pemain kedua tim sepanjang pertandingan.

"Saya kira tidak ada itu wasit condong kepada PSBK. Pemain kami juga banyak yang diinjak-injak, dan bisa dilihat, tidak ada hukuman apa-apa untuk pemain mereka," ungkapnya.

Ia pun berbalik mempertanyakan beberapa keputusan wasit asal Muara Enim itu yang membiarkan berbagai pelanggaran terkait etika para pemain Persewangi. Salah satunya adalah ketika di menit 15, sembilan pemain Persewangi melakukan aksi buka baju sebagai bentuk protes atas kartu merah kedua yang dialami Deki Rolias Candra.

"Lalu kalau menurut regulasi, apa dibenarkan, membuka baju di depan wasit seperti itu? Dan tidak ada hukuman apa-apa kepada mereka," bek tengah legendaris PSIS Semarang itu menambahkan.

Tak ayal, Bonggo pun berbalik mempertanyakan komitmen Persewangi dalam laga penentuan slot terakhir pengisi babak play-off di Grup H itu. Sebelumnya Persewangi tidak menganggap laga itu tidak pernah ada, lantaran lebih banyak adegan kekerasan ketimbang permainan sepakbola. "Lha terus kami di lapangan tadi dianggap apa?," ucapnya.

"Saya kira semua tudingan itu adalah mereka yang tidak menghargai keputusan PT Liga (Indonesia Baru) yang memutuskan sebuah pertandingan," Bonggo memungkasi.