In-depth

Mengapa Fabio 'Lord' Borini Selalu Disukai Siapa pun Pelatih AC Milan?

Jumat, 13 September 2019 15:36 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© INDOSPORT
Penyerang AC Milan, Fabio Borini, berselebrasi ketika mencetak gol ke gawang Ludogorets di Liga Europa. Copyright: © INDOSPORT
Penyerang AC Milan, Fabio Borini, berselebrasi ketika mencetak gol ke gawang Ludogorets di Liga Europa.

INDOSPORT.COM - AC Milan sepertinya tak mau berpisah dari Fabio Borini. Calciomercato melaporkan bahwa Milan tengah mempersiapkan kontrak baru untuk sang pemain dalam waktu dekat ini. 

Borini didatangkan Milan pada 2017 silam. Namun, ia baru bergabung pada 2018 setelah dipinjamkan terlebih dahulu ke klub Sunderland. 

Kala itu Borini dikontrak dengan durasi tiga tahun sampai 2021. Walau masih dua musim lagi berseragam AC Milan, pihak manajemen sepertinya merasa puas hingga ingin menambah durasi kontrak. 

Kabar ini tentunya mendapat respons berbeda-beda dari fans Milan. Sebabnya, Fabio Borini dinilai sebagian fans adalah pemain yang kurang menonjol. 

Tentunya masih teringat jelas betapa sebalnya sebagian suporter saat Gattuso begitu getol memainkannya di Starting XI musim lalu. Mereka pun masih terheran-heran mengapa Borini masih ada di San Siro hingga musim ini. 

Manajemen tentunya tidak sembarangan dalam menyodorkan kontrak baru bagi seorang pemain. Apalagi Borini tergolong pemain dengan gaji mahal di Milan. 

Lantas, benarkah Fabio Borini seburuk yang disangkakan sebagian pendukung AC Milan selama ini?

Pemain 'Medioker' yang Disukai Siapa pun Pelatih Milan

Baik itu Montella, Gattuso, atau pun Giampaolo menyukai Fabio Borini. Padahal, bagi orang awam yang jarang menyaksikan laga Milan, akan mengatakan jika Borini pemain medioker. 

Kemampuan dribel Borini biasa-biasa saja. Finishing-nya pun tak selalu bagus. Namun, ia mendapatkan 29 penampilan di Serie A musim 2017/18.  Di musim 2018/19 lalu ia juga masih mencatatkan 20 penampilan. Bahkan, di dua pekan awal Serie A musim ini ia selalu diturunkan Giampaolo. 

Jika menilik ke belakang, ia memiliki CV mentereng dengan pernah memperkuat klub-klub besar macam Chelsea, AS Roma, dan Liverpool. 

Luar biasa memang. Lalu, apa yang membuatnya begitu spesial di mata para pelatih hingga sering masuk skuat?

Perjalanan Karier Borini

Fabio Borini lahir dari produk akademi Bologna. Bakatnya tercium oleh Chelsea saat ia masih 16 tahun. The Blues pun memasukkannya ke tim U-18 sebelum akhirnya naik ke tim senior pada 2009. 

Borini tak mencetak gol di tim utama. Namun, Ancelotti tetap membawanya ke mana pun bermain. Borini ikut 'menumpang nama' saat juara Premier League 2010. 

Lepas dari Chelsea, ia sempat sebentar bermain di Swansea sebelum akhirnya pulang ke Italia bersama AS Roma dengan status permanen. 

Roma jadi tempat yang baik bagi Borini. Terbukti, di paruh musim 2011/12 ia bisa buat 10 gol dari 26 laga. Catatan inilah yang membuatnya digaet Liverpool dengan biaya 13,3 juta euro. 

Kariernya di Liverpool naik turun dengan dipinjamkan ke Sunderland. Total, selama di Inggris ia memainkan 131 laga dan mencetak 20 gol.  

Borini sempat dipanggil tim nasional Italia, terutama di kelompok umur junior di mana ia selalu dipanggil dan jadi andalan mencetak gol. Namun, kariernya melempem saat memperkuat tim senior di mana ia hanya mencatatkan satu caps. 

Versatilitas Tanpa Batas

Fabio Borini adalah pemain yang cuek. Ia cuek dimainkan di mana pun sesuai keinginan pelatih. Mungkin hanya posisi kiper dan bek tengah saja yang tak pernah diembannya sepanjang karier profesional.

Memiliki posisi asli di sayap kiri, Borini nyatanya bisa bermain di posisi striker tengah, sayap kiri, gelandang kiri, dan gelandang kanan. 

Borini bahkan pernah jadi bek sayap kanan saat Calabria, Conti, dan Abate berhalangan tampil. Pelatih mana pun tentu senang memiliki Borini di dalam tim. 

Itu sebabnya Borini sering jadi super sub atau pun solusi di kala tim mengalami kebuntuan baik itu karena cedera pemain atau menurunnya performa pemain inti. Dan nyatanya, ia sering jadi pemecah kebuntuan di Milan dengan gol-gol serta assist-assist tak terduga. 

Pada musim pertama di AC Milan, ia tampil 24 laga di mana 13 di antaranya sebagai pemain pengganti. Dari 24 laga itu ia membuat empat gol dan enam assist. Rating permainannya bahkan sempat menyentuh 6.59 di Seri A dan 7,01 di Liga Europa. 

Jika Anda perhatikan, di dua pekan awal lawan Udinese dan Brescia, Marco Giampaolo memainkan Borini di posisi gelandang kanan. Itu artinya, ia menyisihkan Rade Krunic dan Franck Kessie yang secara natural ada di posisi itu. 

Skill yang 'Kasat Mata'

Fabio Borini bukanlah Suso atau Luiz Suares. Namun, faktanya ia memiliki kemampuan tersendiri yang terkadang kasat mata. 

Borini memiliki kemampuan support pada posisi kosong yang bagus. Selain itu, ia memiliki mentalitas yang baik. 

Borini adalah tipe pemain cuek sehingga ia jarang terlihat gugup saat mengalami pressure tinggi di laga-laga penting. Hal ini pernah ia kemukakan dalam sebuah wawancara di mana dirinya mengaku tak ambil pusing dengan tekanan dan kritikan. 

Kemampuan dribelnya yang pas-pasan justru memberi keuntungan bagi tim. Borini adalah pemancing situasi set piece berbahaya di AC Milan. 

Bek lawan kerap menjatuhkan Borini saat hendak membawa bola menembus kotak penalti. Mungkin gaya dribelnya mirip-mirip Filippo Inzaghi yang kerap terjatuh saat disenggol lawan. 

Menengok statistik, banyak free kick berbahaya yang didapatkan Milan lahir berkat jasa Fabio Borini. 

Pemersatu yang Disegani

Tak banyak yang tahu jika Borini di Milan adalah sosok yang cukup disegani. Dilansir dari Calciomercato, permintaan perpanjangan kontrak Borini ternyata datang langsung dari Marco Giampaolo. 

Pemain 28 tahun itu dianggap sosok krusial di ruang ganti Milan. Selain itu, Borini kerap membantu pemain lain beradaptasi di klub sehingga dirinya masih dibutuhkan dalam tim. 

Fabio Borini memiliki 'tugas' sebagai penerjemah dalam tim. Di AC Milan, ketika para pemain baru datang dari berbagai negara, Borini sanggup mempersatukannya dengan bahasa Inggris yang ia miliki. Pengalaman bermain di Inggris membuat bahas Inggrisnya lancar.