In-depth

2 Alasan Perjalanan Red Bull Depok Akan Lebih Mudah Ketimbang RB Leipzig

Rabu, 15 April 2020 18:38 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

INDOSPORT. COM - Kiprah Red Bull Depok dalam mengarungi pentas sepak bola Indonesia, sepertinya akan lebih mudah ketimbang RB Leipzig di Jerman sana.

Jagat media sosial baru-baru ini dihebohkan dengan klub baru bernama Red Bull Depok. Melalui akun Instagram @redbulldepokfc, pihak Red Bull Depok mengklaim bahwa mereka akan menjadi salah satu peserta kompetisi kasta ketiga sepak bola Indonesia, Liga 3 2020.

Memang belum ada kepastian resmi terkait keikutsertaan Red Bull Depok dalam ajang Liga 3 2020. Askot PSSI Depok saja kabarnya belum menerima permohonan dari Red Bull Depok.

Hal yang lantas membuat Red Bull Depok begitu menghebohkan publik adalah soal identitas nama klub. Ada kata Red Bull, perusahaan minuman energi yang sudah terbiasa menjadi sponsor atau investor utama sebuah tim sepak bola.

Berkaca di luar negeri, setidaknya sudah mencuat tiga tim tenar yang terafiliasi dengan Red Bull, yakni RB Leipzig (Jerman), Red Bull Salzburg (Austria), dan New York Red Bulls (Amerika Serikat). Ada kemungkinan, kalau Red Bull Depok nantinya bakal turut masuk ke dinasti tim sepak bola Red Bull tersebut.

Red Bull Depok sendiri sebenarnya terbilang cukup beruntung, karena memilih pasar sepak bola Indonesia, perjalanannya pasti lebih mudah. Bandingkan kepada pengalaman RB Leipzig dalam mengarungi pentas Bundesliga Jerman, yang banyak menemui jalan terjal nan berliku.

INDOSPORT pun coba mengulas, sejumlah alasan yang menjadikan Red Bull Depok akan mengarungi perjalanan lebih mudah ketimbang RB Leipzig. Mari simak ulasannya berikut ini.

Unsur Kebencian

RB Leipzig belakangan memang mampu meraih prestasi luar biasa. Punya penyerang hebat Timo Werner, dilatih juru taktik muda berbakat Julian Nagelsmann, serta lolos ke perempat final Liga Champions 2019/20.

Namun semua kegemilangan tersebut ternyata perlu melalui proses rumit. Bahkan RB Leipzig sempat dinobatkan dengan label tim yang paling dibenci di Jerman.

RB Leipzig terbentuk setelah Red Bull membeli klub kasta kelima Liga Jerman, Markranstaedt pada 2009. Tahun pertama sejak beredar, RB Leipzig langsung naik ke kasta keempat dan melakukan perombakan manajemen.

Ada upaya penyesuaian antara manajemen RB Leipzig dengan peraturan Bundesliga Jerman terkait 50+1 kepemilikan klub. Namun publik menganggap Red Bull hanya berorientasi pada uang, dan RB Leipzig tak serius dalam menaati peraturan Bundesliga Jerman.

Bayangkan saja, ketika RB Leipzig promosi ke kasta tertinggi dan diharuskan membuat sistem keanggotaan klub, mereka cuma membuka 17 slot. Itu pun mayoritas diisi oleh karyawan Red Bull.

Jauh berbeda bila berkaca ke sistem keanggotaan Bayern Munchen. Selaku raksasa Bundesliga Jerman, Bayern Munchen punya 234 juta member yang masuk ke sistem keanggotaan klub.

Sikap RB Leipzig yang terkesan membangkang dari kebiasaan Bundesliga Jerman, yang membuat kebencian muncul. Banyak sekali perlakuan negatif dari supoerter lawan yang diterima RB Leipzig ketika bertanding.

Misalnya pada Agustus 2016, suporter Dynamo Dresden, melempar kepala banteng ke lapangan saat berjumpa RB Leipzig. Borussia Dortmund pernah pula menolak mencatumkan nama dan logo RB Leipzig ke dalam atribut "friendship scarf".

Hal yang dialami RB Leipzig sepertinya tak akan menimpa Red Bull Depok. Kultur sepak bola Indonesia jelas berbeda dengan yang ada di Jerman sana.

Sepak bola Indonesia malah sudah akrab dengan praktek klub yang memakai nama sponsor klub. Era Galatama silam, ada NIAC Mitra yang disponsori New International Amusement Center, sebuah perusahaan judi terbesar di Surabaya, tapi berhasil menyabet tiga gelar juara.

Liga 1 2019 juga punya praktek serupa dalam nama Semen Padang. Klub yang bermarkas di kota Padang ini, diketahui punya afiliasi dengan perusahaan semen nasional, PT Semen Padang.

Artinya, kebencian yang tertuju kepad RB Leipzig, kecil kemungkinan terjadi kepada Red Bull Depok. Toh, praktek seperti Red Bull Depok memang sudah biasa bagi persepak bolaaan nasional.

Promosi ke Kasta Tertinggi

RB Leipzig kini memang menjadi salah satu tim elite Bundesliga Jerman. Prestasi RB Leipzig di musim 2019/20 saja, mampu menembus perempat final Liga Champions.

Namun bila melihat ke belakang, RB Leipzig butuh proses panjang untuk mencapai level sekarang. Bahkan untuk bisa naik ke kasta tertinggi, RB Leipzig perlu menjalani tujuh musim terlebih dahulu.

Awal terbentuk pada 2009/10, RB Leipzig masih main di kasta kelima Liga Jerman. RB Leipzig baru bisa menembus kasta tertinggi, usai menjadi runner-up Bundesliga 2 pada musim 2015/16.

Perjalanan panjang RB Leipzig demi bisa naik ke kasta tertinggi, sepertinya tak perlu dilalui Red Bull Depok. Ada jalan pintas yang cepat agar Red Bull Depok bisa langsung naik dari Liga 3, ke Liga 1.

Red Bull Depok memiliki opsi untuk merger dengan klub lain, terutama tim peserta Liga 1. Cara seperti ini buktinya berhasil dilakukan oleh Persikabo.

Pada awal Liga 1 2019, Persikabo yang main di Liga 3, melakukan merger dengan peserta Liga 1, PS TIRA. Merger disetujui PSSI, nama berubah jadi Tira Persikabo, dan sejak musim lalu hingga sekarang berkompetisi di kasta tertinggi.