Liga Inggris

Ketika Sepak Bola Redam Islamofobia di Inggris

Minggu, 26 April 2020 17:08 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Bukan sekadar hiburan semata, sepak bola secara perlahan mampu mengubah pandangan masyarakat Inggris yang Islamofobia. 

Sama seperti dunia belahan barat lainnya, Inggris merupakan salah satu negara yang terjangkit Islamofobia. Sikap ini muncul sebagai reaksi atas serangkaian  serangan teroris yang menghujam negara tersebut dalam lebih dari satu dekade terakhir. 

Inggris memang pernah merasakan tiga kali serangan besar teroris dalam hampir dua dekade terakhir. Pertama pada pemboman London 7 Juli 2005 yang menewaskan 52 jiwa dan 700 korban luka. 

Peristiwa yang sama kembali terjadi dua kali sekaligus di tahun 2017. Serangan bersenjata terjadi di London pada Juni 2017 yang berlanjut dengan pemboman Manchester pada Mei 2017.

Rangkaian peristiwa ini menimbulkan stigma negatif terhadap umat muslim di dunia. Di Inggris, korban islamofobia tak hanya mengarah untuk orang yang beragama Islam saja, tetapi mereka yang memiliki ciri-ciri fisik seperti berjanggut dan kulit hitam juga menjadi korban. 

Kebencian terhadap muslim di Inggris makin menjalar dan berada di tahap cukup mengkhawatirkan dalam satu dekade ini.  Umat Muslim di Inggris sendiri sudah berusaha untuk menepis stigma negatif tersebut, namun hal itu tidak cukup. 

Dalam laporan Muslim Council of Britain  beberapa tahun lalu, penduduk Inggris Raya (UK) percaya jumlah populasi muslim di negerinya sebesar 17 persen meski pada kenyataannya hanya 5 persen. 

Yang lebih mencengangkan, sebanyak 62 persen khawatir Inggris Raya akan kehilangan identitasnya jika lebih banyak muslim tinggal di sana. 

Atasi Islamofobia dengan Sepak Bola

Namun, dalam dua tahun terakhir wajah Islam di Inggris mulai berubah. Adalah sosok Mohamed Salah yang berjasa efektif mengubah wajah di sana. 

Pemain asal Liverpool itu menjadi pemain yang begitu dicintai orang-orang Inggris, terutama di Kota Liverpool. Salah mampu mewakili wajah islam yang modern dan berprestasi. Hal inilah yang selama ini gagal tertangkap di media-media Eropa. 

Mohamed Salah yang mulai mendapat sorotan kala bergabung bersama Liverpool di 2017 secara perlahan menyadarkan masyarakat Inggris bahwa orang Islam tak seburuk yang mereka kira. 

Tak cuma berprestasi di lapangan hijau, Salah juga mampu memberikan teladan di luar lapangan. Bagaimana ia menjalani hidup alim tanpa perjudian dan pesta pora, serta ramah terhadap semua orang. 

Pada suatu kesempatan Salah sempat memberikan bantua dana untuk membangun sekolah dan tempat tinggal layak di desa kampung halamannya. Meski sudah mendapatkan kesuksesan besar, Salah terbukti tak melupakan asal usulnya. 

Tak cuma Salah, di Manchester ada pemain Muslim yang juga memberikan pengaruh besar bagi masyarakat Inggris. Sosok itu adalah Paul Pogba. 

Sebagai imigran muslim Prancis, Pogba menambah panjang pesepak bola beragama Islam yang berprestasi di lapangan. Keberadaan Pogba dan Salah memotong sekat perbedaan antara mereka dengan masyarakat Inggris. 

Sebagai negara yang fanatisme tinggi terhadap sepak bola, Inggris menempatkan olahraga ini di prioritas yang tak main-main. Maka tak heran, orang-orang yang sebelumnya Islamofobia perlahan mulai tersadar karena sepak bola. 

Bahkan, ada fans yang sampai menjadi mualaf karena terinspirasi oleh Mohamed Salah. Dalam salah satu chant-nya, suporter Liverpool sampai membuatkan menyanyikan lagu khusus untuk Salah. Liriknya bahkan mencengangkan. 

“If he's good enough for you/ he's good enough for me. If he scores another few/ then I'll be Muslim too. If he's good enough for you/ he's good enough for me. He's sitting in the mosque that's where I wanna be.”

Keberadaan Salah dan Paul Pogba serta pemain muslim lainnya di Liga Primer berdampak positif bagi kehidupan masyarakat muslim di Inggris. 

Berdasarkan hasil riset Stanford University dan ETH Zurich, setidaknya keberadaan Salah mampu mengurangi cukup drastis tindakan diskriminasi di wilayah Merseyside dan sekitarnya. 

Namun, meski pandangan akan Muslim perlahan berubah di Inggris, laporan insiden diskriminasi rasial di sepak bola masih cukup tinggi. Bukan hanya Inggris, negara Eropa lainnya juga menghadapi masalah yang sama. 

Mungkin ini batasan bagi seorang pesepak bola seperti Mohamed Salah. Ia tak bisa mengontrol semua kehendak para fans dan masyarakat di Inggris. Meski begitu, apa yang dia perbuat terbukti sudah mampu mengikis Islamofobia di Tanah Inggris.