Liga Indonesia

Marquee Player Mataram Indocement dan 'Arena Pembantaian' di Aceh

Kamis, 30 April 2020 15:44 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Dok Pribadi
Inyong Lolombuan, mantan pemain Mataram Indocement. Copyright: © Dok Pribadi
Inyong Lolombuan, mantan pemain Mataram Indocement.

INDOSPORT.COM - Indonesia pernah memiliki gelandang hebat di era 1980-an hingga awal 1990-an bernama Inyong Lolombulan. Sebagai maestro lini tengah, sosok yang kini tinggal di Yogyakarta itu merupakah roh permainan Timnas Garuda, maupun klub yang dia bela.

Salah satu klub yang pernah mendapatkan servis istimewa adalah Mataram Indocement yang kemudian menjadi Indocement Cirebon setelah hijrah ke Kota Wali. Nama Mataram Indocement sendiri hadir di Liga Indonesia II atau 1995/1996 setelah hasil merger Mataram Putra dengan perusahaan Indocement Cibinong, Bogor.

Inyong bak pemain berstatus marquee player atau bintang kala itu. Maklum saja, reputasinya cukup mentereng di beberapa musim sebelumnya.

Inyong adalah kapten Arseto Solo saat juara Liga Galatama 1992. Pria kelahiran Manado 4 Agustis 1962 itu juga sempat memperkuat BPD Jateng, Petrokimia Putra, Mataram Putra hingga berganti nama Mataram Indocement dan Indocement Cirebon.

Bahkan, mantan pelatih Persipon Pontianak itu langsung ditunjuk sebagai kapten tim usai di Mataram Indocement musim pertama. Tugas dari sang pelatih Iswadi Idris diakui Inyong sempat membuatnya beban.

"Saya sebenarnya sempat sungkan dengan Felix Lasut yang lama jadi kapten. Namun Bang Is (Iswadi Idris) berkata saya sebagai pemain senior juga jadi pembimbing dan panutan," ungkap Inyong saat berbincang dengan INDOSPORT, Kamis (30/04/20).

"Pasti ada beban saat turun ke lapangan, apalagi banyak pemain muda di klub saat itu setelah merger dengan Indocement. Namun karena sudah tugas saya bekerja maksimal sambil membimbing yang muda," tambah dia.

Dendam Persiraja

Selain Inyong dan Felix, Mataram Indocement juga dihuni pemain-pemain tenar seperti Yance Metmey, hingga tiga legiun asing asal Brasil, termasuk Jaldecir 'Deca' dos Santos. Hasilnya, mereka akhirnya finish posisi ke enam sekaligus meraih tiket terakhir ke babak 12 Besar dari Grup Barat dengan 45 poin.

Namun, lolosnya Mataram Indocement ke fase selanjutnya memunculkan cerita tersendiri bagi Inyong. Khususnya menghadapi laga pamungkas fase grup melawan Persiraja Banda Aceh. Bagi Mataram, laga itu sejatinya tak menentukan lagi mengingat sudah lolos ke 12 Besar.

Hanya saja, empat hari sebelum bertemu, Mataram Indocement lebih dulu dijamu Pelita Jaya di Stadion Lebak Bulus. Secara mengejutkan, anak-anak Yogyakarta yang butuh menang untuk lolos berhasil menuntaskan misi dan unggul 3-2.

Selain mengunci tiket, hasil itu sekaligus memupus ambisi Persiraja untuk lolos karena tertahan di posisi ketujuh yang hanya berselisih dua poin. Inyong menyebut dari hasil itulah kemungkinan besar muncul dendam dari Persiraja, sehingga laga melawan tim Laskar Rencong bak 'arena pembantaian' bagi Mataram Indocement.

"Kebetulan partandingan lawan Pelita Jaya disiarkan langsung, jadi semua bisa menyaksikan. Mungkin dari situlah muncul dendam dan pemain mereka sudah tidak berpikir bermain bola," kata Inyong.

© Dok Persip Pekalongan
Inyong Lolombuan, mantan pemain Mataram Indocement. Copyright: Dok Persip PekalonganInyong Lolombuan, mantan pemain Mataram Indocement.

Tahu jika laga itu tak menentukan, Iswadi Idris lantas mengistirahatkan mayoritas pemain inti, termasuk tiga legiun. Uniknya, Inyong tetap dibawa Iswadi ke Aceh.

"Padahal sebagian pemain inti termasuk asing tidak diboyong ke Aceh, tapi saya tetap dibawa Bang Is. Saya sempat berkata tidak usah dibawa, tapi katanya saya sebagai kapten harus berangkat, ya sudah akhirnya ikut ke Aceh," ujarnya.

"Saat pertandingan ya isinya mereka hanya main hajar saja. Siapa yang merebut bola langsung dihajar. Ada pemain kami yang merebut bola, langsung dipukul dan KO," kenangnya.

Kondisi mencekam itu disebut Inyong terus berlanjut hingga pertandingan selesai. Bahkan tim Mataram Indocement baru bisa keluar dari stadion untuk kembali ke hotel lepas pukul tujuh malam.

Pengawalan ketat juga dilakukan pihak kepolisian, termasuk harus diangkut dengan truk polisi menuju ke penginapan. Beruntung, seluruh pemain dan official selamat sampai hotel.

"Polisi juga pintar, jadi penonton sudah menunggu pintu utama namun kita kita dialihkan lewat pintu lain. Namun, jam tiga pagi kita harus ke bandara, padahal penerbangan itu sekitar jam sembilan pagi," ucap dia.

Hanya saja, Mataram Indocement babak-belur di fase 12 besar. Tergabung dengan PSM Makassar, Persipura Jayapura, dan Persib Bandung di Grup C, mereka menelan tiga kekalahan sekaligus mengakhiri kiprah di musim itu.