In-depth

Sederet Hal yang Semestinya Bisa Diputuskan PSSI Sebelum 29 Mei

Minggu, 17 Mei 2020 16:56 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
 Copyright:

INDSPORT.COM - Nasib Liga 1 dan 2 belum juga jelas, PSSI sebetulnya bisa melakukan banyak pembahasan sebelum status darurat terbaru diumumkan pada 29 Mei. 

Nasib kompetisi Liga 1 dan 2 tengah menggantung akibat pandemi COVID-19, namun PSSI dan PT LIB belum juga menawarkan solusi kongkrit. 

Sebanyak 15 klub Liga 1 atau mayoritas peserta kompetisi belum lama ini melayangkan tuntutan resmi kepada PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) untuk segera menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa. 

Klub-klub memang sudah lama merasa gelisah dengan nasib kompetisi Liga 1 dan Liga 2 yang masih menggantung sejak dihentikan karena pandemi COVID-19 pada pertengahan Maret lalu. 

PSSI meresponsnya dengan berencana menggelar Rapat Komite Eksekutif (Exco) untuk membahas nasib liga dan lainnya pada Jumat (08/05/20) lalu. 

Meski sempat batal, rapat itu akhirnya digelar pada Selasa (12/05/20). Namun, rapat yang mestinya membahas nasib Liga 1 dan 2 itu ternyata hampir tak menghasilkan apa-apa. 

Pada akhirnya PSSI kembali berpegang dengan keputusan force majeure yang mereka tetapkan sebelumnya yakni, Shopee Liga 1 dan Liga 2 2020 rehat hingga 29 Mei 2020.

Hal ini cukup mengecewakan, karena sebetulnya banyak hal yang bisa mereka bahas sejak dini tanpa menunggu status darurat 29 Mei diumumkan. 

Sederet Hal yang Semestinya Sudah Bisa Dibahas

PSSI dan PT LIB mesti memahami bahwa berserah ke pemerintah bukanlah solusi. Meskipun masa tanggap darurat belum diputuskan kelanjutannya hingga 29 Mei, bukan berarti PSSI dan PT LIB tak bisa bertindak. 

Federasi semestinya sudah jauh-jauh hari membahas segala kemungkinan yang ada. Seperti yang kita ketahui, terhentinya kompetisi bukanlah satu-satunya topik pembicaraan. 

Ada segudang persoalan turunan yang juga segera membutuhkan pembahasan serius di level federasi dan operator liga. 

Apakah PSSI sudah menyiapkan acuan detail untuk kontrak pemain? Saat ini banyak pemain baik lokal maupun asing di Indonesia yang tengah terancam kontraknya. 

Hal ini jadi perhatian para pemain baik asing maupun lokal. Tentu mereka tak ingin terhentinya kompetisi juga berdampak pada pemutusan kontrak mereka yang rata-rata hanya jangka pendek. 

PSSI tak bisa menyerahkan sepenuhnya persoalan kontrak pemain kepada klub. Harus ada acuan pasti agar pemain tidak dirugikan. 

© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Laga antara Persija Jakarta vs Borneo FC pada Liga 1 di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (01/03/2020). Copyright: Herry Ibrahim/INDOSPORTLaga antara Persija Jakarta vs Borneo FC pada Liga 1 di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (01/03/2020).

Dan yang paling terpenting adalah segala opsi yang bisa diambil terkait nasib liga setelah pandemi COVID-19 berakhir. 

Bila berkaca pada Italia, Jerman, maupun Inggris, federasi setempat terus bekerja keras menyiapkan segala skenario yang terus dikonsultasikan kepada klub-klub peserta. 

Hal ini sangat penting untuk membantu tim membuat ancang-ancang perencanaan. Jika pada akhirnya status darurat dicabut pada 29 Mei, seperti apa model kompetisi yang ingin dibuat PSSI?

Apakah menggunakan sistem satu putaran seperti Vietnam, membuat turnamen pengganti, atau memadatkan jadwal sampai kompetisi selesai di pekan ke-34? 

PSSI dan PT LIB semestinya sudah memiliki perencanaan matang di tiap skenario karena kompetisi tidak bisa langsung diputar begitu saja ketika pandemi berakhir. 

Jika kembali digelar, tentunya liga membutuhkan protokol kesehatan khusus dalam penyelenggaraannya. Apakah PSSI dan PT LIB sudah memikirkan hal tersebut? Bagaimana teknis persiapannya? 

© news.sky.com
Pesan haru tertulis di tribun stadion saat laga Liga Korea Selatan kembali digelar Copyright: news.sky.comPesan haru tertulis di tribun stadion saat laga Liga Korea Selatan kembali digelar

Sangat disayangkan jika waktu dan pertemuan yang sudah dilakukan tidak menghasilkan keputusan krusial apapun. Jika memiliki banyak waktu, mengapa tidak memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan, misal, membuat jadwal baru liga dan mengonsultasikannya ke klub-klub peserta?  

Liga Thailand yang juga masih terhenti sudah memberikan gambaran bahwa kompetisi bakal kembali bergulir September nanti. Begitu juga dengan Liga Korea Selatan yang begitu sigap dan tertata ketika krisis kesehatan berakhir lantaran mereka terus menggodok sejumlah skenario. Ancang-ancang semacam ini penting untuk dibuat. 

PSSI dan PT LIB terkesan sangat percaya diri semua hal krusial bisa langsung tertangani setelah status darurat 29 Mei diumumkan. Padahal, persiapan dari jauh-jauh hari akan membuat segalanya lebih mudah dan cepat dieksekusi.