Bola Internasional

Ferdinand Sinaga, Jelmaan Sempurna Eric Cantona di Liga Indonesia

Senin, 18 Mei 2020 19:29 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Media PSM Makassar
Sama-sama memiliki sifat tempramen dan insting haus gol, Ferdinand Sinaga jadi jelmaan sempurna Eric Cantona di Liga Indonesia. Copyright: © Media PSM Makassar
Sama-sama memiliki sifat tempramen dan insting haus gol, Ferdinand Sinaga jadi jelmaan sempurna Eric Cantona di Liga Indonesia.

INDOSPORT.COM - Sama-sama memiliki sifat tempramen dan insting haus gol, Ferdinand Sinaga menjadi jelmaan sempurna Eric Cantona di Liga Indonesia.

Dalam sejarah, nama Eric Cantona sangat melekat dengan klub Liga Inggris, Manchester United. Lantaran bersama klub tersebut, sang pemain berhasil mencapai titik kejayaan.

Selama lima tahun memperkuat Manchester United sejak musim 1992 hingga 1997, Eric Cantona berhasil mencetak 82 gol dari 185 penampilan di semua ajang, serta memberikan empat gelar Liga Inggris, tiga gelar Charity Shield dan dua FA Cup.

Namun dibalik kegemilangannya sebagai mesin gol, terdapat satu catatan negatif yang sulit dihilangkan dalam diri Cantona sampai saat ini, yakni sikap tempramental bahkan berujung dengan kekerasan semasa aktif bermain.

Bagi pecinta sepak bola era 90-an, tentu masih ingat dengan aksi tendangan Kungfu yang dilancarkan Cantona ke arah suporter Crystal Palace di musim 1994/95. Tindakan yang membuatnya semakin melegenda, dan dilabeli sebagai the Hardest Player saat itu.

Menariknya, sifat tempramen namun memiliki insting tajam dalam urusan mencetak gol ternyata juga ada dalam diri salah satu pemain Indonesia bernama Ferdinand Sinaga.

Penyerang kelahiran Bengkulu 31 tahun silam tersebut memang dikenal kurang piawai dalam menahan emosi, tidak heran jika setiap musim selalu ada aksi nekatnya yang bersitegang dengan lawan baik pemain lokal maupun asing.

Bahkan pada tahun 2017 lalu, Ferdinand Sinaga sempat mendapatkan sanksi berat dari PSSI berupa larangan bermain empat pertandingan serta denda sebesar Rp10 juta akibat kasus pemukulannya terhadap pemain Persela, Ivan Carlos.

Meski gampang terpancing emosi, namun Ferdinand Sinaga mempunyai naluri gol tajam bahkan jika dirinya lebih bisa bersabar di lapangan, ia bisa menjadi tumpuan Timnas Indonesia.

Berkaca pada penampilan musim-musim sebelumnya, diketahui jika Ferdinand Sinaga sejak musim 2011 silam (kecuali 2015 karena kompetisi dihentikan), dirinya selalu berhasil mencetak minimal 10 gol setiap musim.

Pencapaian tersebut membuatnya berhasil membantu Semen Padang meraih gelar Indonesia Premier League musim 2011/12, membawa Persib menjuarai Indonesia Super League tahun 2014, serta PSM Makassar di Piala Indonesia 2019.

Berbagai gelar individual pun juga sempat diraih Ferdinand Sinaga, diantaranya Top Skor Indonesia Premier League musim 2011/12 dengan 16 gol, serta pemain terbaik Indonesia Super tahun 2014.

Tidak cuma di level klub, prestasi individual Ferdinand Sinaga juga sempat menular bersama Timnas Indonesia, tepatnya saat ia mendapatkan gelar top skor di ajang sebesar Asian Games tahun 2014 lalu.

Mantan pemain Sriwijaya FC tersebut berhasil mengalahkan sejumlah striker top Asia lainnya, seperti Younis Mahmoud (Iraq), Jong Il-gwan (Korea Utara) hingga Kim Seung-dae (Korea Selatan) yang merupakan pemain tuan rumah.

Namun layaknya Eric Cantona, sikap tempramental Ferdinand Sinaga kerap kali menutupi penampilan gemilangnya saat bermain. Bahkan ada satu momen yang menjadikannya sebagai jelmaan sempurna Eric Cantona, yakni insiden kasar dengan penonton pada Mei 2014. 

Pada saat itu, Ferdinand Sinaga memperkuat Timnas Indonesia yang tampil menghadapi ASEAN All Star di Stadion Utama Gelora Bung Karno, sayangnya Ferdinand terpancing emosi usai mendapat cacian dari suporter.

Tidak kuat menahan ucapan para suporter, Ferdinand Sinaga naik pitam dan ketika pertandingan berakhir ia memanjat pagar GBK dan mengejar suporter yang menghinanya tersebut. 

Sebuah aksi yang mirip dengan Kung Fu kick Eric Cantona di Liga Inggris, bedanya Ferdinand tidak sampai melepaskan tendangan namun sama-sama meluapkan kekesalan ke arah penonton.

Satu hal lagi yang semakin melengkapi kemiripan antara Ferdinand Sinaga dan Eric Cantona, yakni keduanya sama-sama dibesarkan di lingkungan yang cukup keras.

Diketahui jika Cantona lahir di Marseille, sebuah kota pelabuhan yang keras di Prancis. Sedangkan Ferdinand Sinaga yang berdarah Batak, memiliki karakter tegas yang dibentuk dalam keluarganya. Tidak heran jika ia mempunyai mental tangguh saat bermain.