Liga Indonesia

Pengalaman Unik Bek Bali United Bareng Eks Barcelona di Belgia

Rabu, 27 Mei 2020 06:33 WIB
Penulis: Nofik Lukman Hakim | Editor: Lanjar Wiratri
© Ofisial Bali United
Bek Bali United, Willian Pacheco pernah menjalani pengalaman unik saat mencoba peruntungan di Belgia, termasuk merumput bareng eks Barcelona. Copyright: © Ofisial Bali United
Bek Bali United, Willian Pacheco pernah menjalani pengalaman unik saat mencoba peruntungan di Belgia, termasuk merumput bareng eks Barcelona.

INDOSPORT.COM - Bek Bali United, Willian Pacheco pernah menjalani pengalaman unik saat mencoba peruntungan dengan gabung klub Belgia, Royal Charleroi SC. Termasuk merumput bareng eks Barcelona, dalam satu tim, para pemain datang dari 14 negara berbeda.

Charleroi merupakan tim luar Brasil pertama bagi Pacheco. Dia sempat merantau ke Belgia setelah jadi bagian tim muda Corinthians dan Botafogo.

Pengalaman pertama sebagai perantau jelas tak mudah. Saat itu, Pacheco baru berusia 20 tahun. Dengan bahasa Inggris yang tak begitu jago, sialnya Pacheco harus setim dengan pemain-pemain yang berasal dari 14 negara berbeda.

Tak banyak kesempatan yang didapat Pacheco bersama tim senior Charleroi. Bahkan dari statistik Soccerway, Pacheco hanya masuk line up sekali saat Piala Belgia 2012/2013. Dari 18 pemain yang ada di line up, mereka berasal dari 14 negara berbeda.

Pacheco masuk line up saat Charleroi bertandang ke markas Zulte Waregem di Stadion Regenboog, Waregem, 29 November 2012. Sayang, dalam laga yang berakhir 2-2 itu, Pacheco hanya duduk di bangku cadangan.

 Dalam line up itu, Pacheco mewakili dari negara Brasil. Di bangku cadangan, ada dua warga Belgia, Dorian Dessoleil dan Samuel Fabris.  Ada pula Parfait Madanda dan Herve Kage dari Republik Demokratik Kongo, Cristophe Diandy dari Senegal serta Harlem Gnohere dari Perancis.

Di starting eleven lebih sangar lagi. Ada sebelas pemain yang berasal dari 10 negara berbeda. Michalis Sifakis dari Yunani, Elvedin Dzinic dari Slovenia, Francis Nganga dari Republik Kongo.

Lalu Mourad Satli dari Algeria, Daniel Milisevic dari Bosnia and Herzegovina, Viktor Bopp dari Jerman, Abraham Kudemor dari Ghana, Mynor Javier dari Kostarika, Kaya dan Rossini dari Belgia serta eks Barcelona, Javi Martos yang berasal dari Spanyol.

Bisa dibayangkan betapa ribetnya pelatih Charleroi kala itu. Bukan saja harus meramu strategi, namun juga harus memahami karakteristik pemain dari 14 negara berbeda.

Dalam semusim, ada tiga kali pergantian pelatih. Dimulai dari Yannick Ferrera (Belgia), Luka Peruzovic (Kroasia) dan Mario Notaro (Italia). Notaro sendiri bertugas ditemani dua pelatih lokal, Michel Lannacone dan Philippe Simonin.

Pada akhir musim, Charleroi menempati peringkat sebelas dengan 34 poin. Jawara musim itu dirai Anderlecht dengan 67 poin.