Liga Indonesia

Sempat Tidur di Mesjid, Momen Perjuangan Zalnando Menjadi Pesepak bola

Rabu, 27 Mei 2020 15:29 WIB
Penulis: Arif Rahman | Editor: Lanjar Wiratri
© Arif Rahman/INDOSPORT
Pemain belakang Persib Bandung, Zalnando, mengaku perjuangannya untuk menjadi pemain sepak bola profesional tidak mudah, karena banyak rintangan dan tantangan yang harus dilaluinya. Copyright: © Arif Rahman/INDOSPORT
Pemain belakang Persib Bandung, Zalnando, mengaku perjuangannya untuk menjadi pemain sepak bola profesional tidak mudah, karena banyak rintangan dan tantangan yang harus dilaluinya.

INDOSPORT.COM - Pemain belakang Persib Bandung, Zalnando, mengaku perjuangannya untuk menjadi pemain sepak bola profesional tidak mudah, karena banyak rintangan dan tantangan yang harus dilaluinya. 

Pemain asal Cimahi, Jawa Barat ini menuturkan, salah satu momen perjuangan yang tidak bisa dilupakan olehnya terjadi pada tahun 2015. Saat itu QNB League yang merupakan kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia dihentikan, karena PSSI dibekukan. 

Zalnando menuturkan, akibat dihentikannya kompetisi dan dibekukannya PSSI, membuatnya saat itu yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Palembang harus meninggalkan Mes dan sempat tidur di Mesjid. 

Pemain yang berposisi sebagai bek kiri ini mengungkapkan, saat kompetisi dihentikan ada keinginan untuk pulang ke Cimahi. Hanya saja, ia harus bertahan di Palembang untuk menyelesaikan sekolahnya.  

"Waktu QNB di stop 2015, saat itu PSSI dibekukan, saya masih inget waktu itu saya masih SMA kelas 3, sedangkan aktivitas tim dihentikan semua gak ada kegiatan," kata Zalnando.

"Sedangkan saya di Wisma Atlet, tapi dibubarin kan timnya soalnya sudah gak ada kegiatan lagi, yang lain kembali ke rumah masing-masing, ya sudah saya harus nyelesaikan dulu SMA waktu itu di Palembang, sudah di Sriwijaya," ucapnya menambahkan. 

Informasi untuk meninggalkan Wisma Atlet didapat Zalnando secara mendadak, sehingga saat itu ia langsung mencari kosan untuk tempat tinggalnya. 

Hanya saja, tidak mudah baginya mendapatkan kosan dalam waktu singkat. Sehingga, saat itu Zalnando bersama rekannya Bagas Adi, terpaksa harus tidur satu malam di salah satu Mesjid. 

"Sempat tidur di Mesjid, dulu kan susah mau nyari kosan yang harganya pelajar, berdua sama Bagas Adi Arema, habis itu baru dapat kosan. Soalnya gak bisa ngedadak, jadi ada yang penuh, jadi nunggu dulu sambil nyari," ujarnya. 

"Semalam tidur di Mesjid, karena kita harus nyari kosan, makannya itu yang paling inget sama dia Bagas Adi. Nyari kosan ngedadak, soalnya ngedadak kasih tahunya, langsung packing nyari muter-muter untung ada teman, naik motor gak ketemu izin dulu saja di Mesjid, daerah sekolahan," kenangnya. 

Setelah tidur semalam di Mesjid, Zalnando akhirnya mendapatkan kosan untuk tempat tinggalnya selama menyelesaikan pendidikan di Palembang. Sekitar empat bulan, ia tinggal di kosan bersama Bagas Adi, setelah itu pulang dulu ke Cimahi sambil menunggu tim beraktivitas kembali.