In-depth

Mengulang Dosa Lama, Sebab Musabab Kejatuhan Inter Milan

Jumat, 10 Juli 2020 12:38 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Emilio Andreoli/Getty Images
Inter Milan mengalami penurunan performa luar biasa di paruh kedua di bawah asuhan Antonio Conte, apakah mereka tengah mengulang dosa lama? Copyright: © Emilio Andreoli/Getty Images
Inter Milan mengalami penurunan performa luar biasa di paruh kedua di bawah asuhan Antonio Conte, apakah mereka tengah mengulang dosa lama?

INDOSPORT.COM - Inter Milan mengalami penurunan performa luar biasa di paruh kedua Serie A Italia di bawah asuhan Antonio Conte, apakah mereka tengah mengulang dosa lama?

Inter Milan kembali harus menelan pil pahit setelah ditahan imbang tim papan tengah Hellas Verona dengan skor 2-2 pada laga pekan ke-31 Serie A Italia di Marc Antonio Bentegodi, Jumat (10/07/20) dini hari WIB. 

Hasil imbang ini semakin mempersulit perjuangan mereka untuk merebut scudetto dari tangan Juventus musim ini. Bahkan, I Nerazzurri harus rela posisinya disalip oleh Atalanta hingga tergeser ke peringkat keempat klasemen. 

Inter Milan kini baru mengoleksi 65 poin hasil 19 menang, 8 seri, dan 4 kalah. Romelu Lukaku dkk tertinggal 10 poin dari Juventus. 

Padahal, di awal musim skuat asuhan Antonio Conte tampil sangat meyakinkan dengan mampu mengimbangi konsistensi Juventus. I Nerazzurri menyapu bersih enam kemenangan di enam pekan awal Serie A Italia musim ini. 

Setelah kalah dari Juventus, mereka tancap gas dengan tak terkalahkan di 15 pekan beruntun! Dimulai dari pekan ke-8 saat menumbangkan Sassuolo 3-4 sampai pekan ke-23 saat membantai AC Milan 4-2.

Inter Milan mantap duduk di posisi 1 dan 2 bergantian dengan Juventus dalam selisih poin yang ketat. Namun apa daya. perlahan tapi pasti Inter Milan mulai kehabisan bensin.

Peringkat mereka terus merosot memasuki pertengahan paruh kedua dan bahkan sudah disalip oleh Lazio dan Atalanta. Apa yang salah dengan Inter?

Kehabisan Bensin

Inter Milan memulai musim kompetisi 2019-2020 dengan sangat serius. Mereka mendatangkan dua striker bintang, Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez, serta pelatih kawakan Italia, Antonio Conte. 

Inter Milan juga mengumpulkan gelandang-gelandang muda berbakat Italia seperti Nicolo Barella dan Stefano Sensi. Maka jelaslah bahwa target Inter musim ini adalah menyudahi dominasi Juventus. 

Mereka pun membuktikan dengan penampilan impresif di paruh pertama dengan bersaing ketat bersama Juventus di puncak klasemen Serie A Italia. 

Akan tetapi, kejatuhan Inter Milan ternyata sudah jauh diprediksi sebelumnya. Justru sang pelatih sendiri yang memprediksi hal tersebut. 

Pada bulan Oktober 2019 lalu, Antonio Conte mengkhawatirkan timnya yang bisa kehabisan bensin musim ini sebab timnya sudah bermain habis-habisan sejak kompetisi dimulai. 

Inter sudah menginjak pedal gas dalam-dalam sampai-sampai kehabisan bahan bakar di pengujung musim. Salah satu yang paling mencolok masalah kedalaman skuat yang dimiliki oleh Nerazzurri. 

Tak ditepis oleh Antonio Conte, Starting XI Inter Milan nyaris sama di tiap pertandingan. Pergantian hanya mereka lakukan pada pemain-pemain yang cedera. Sialnya, kualitas pelapis mereka tak sebagus pemain inti. 

Parahnya lagi, dengan tampil terus-menerus, ternyata pemain-pemain inti Inter Milan seperti terlihat kelelahan terutama dikarenakan jadwal pertandingan yang amat padat selama bulan Oktober tahun lalu. 

"Ini laga keempat kami dalam 9 hari, dengan pemain-pemain yang sama. Kalau sudah begini, apapun hasilnya tentu bisa dimaklumi. Yang kami bisa lakukan hanya berterima kasih pada para pemain atas semangat yang terus mereka tunjukkan sampai akhir," ujar Conte dari dikutip Skysports kala itu.

Alhasil, pada bulan November dan Desember kondisi fisik pemain terkuras sehingga performa mereka kurang maksimal saat diturunkan. Conte menyadari hal ini saat timnya kalah dari Borussia Dortmund di Liga Champions dengan menyebut ada yang salah dalam perencanaan tim di musim panas. 

Pada putaran pertama Antonio Conte terus mengingatkan anak asuhnya untuk menjaga fokus sampai musim berakhir. Ia merasa Inter Milan tak memiliki determinasi yang cukup untuk mempertahankan posisi puncak dan ketakutan tersebut akhirnya terbukti 100 persen.