In-depth

Kisah Leeds United yang Hobi Merusak, dari AC Milan Hingga Rohingya

Senin, 10 Agustus 2020 18:19 WIB
Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© M Yasir / Riau Images/Barcroft Media via Getty Images
Warga Rohingya yang mendapat perlakukan tidak menyenangkan di Myanmar Copyright: © M Yasir / Riau Images/Barcroft Media via Getty Images
Warga Rohingya yang mendapat perlakukan tidak menyenangkan di Myanmar
Perusakan Nilai Kemanusiaan Leeds United di Myanmar

Perusakan lainnya yang pernah dilakukan oleh Leeds United adalah melakukan branding, atau pengembangan bisnis mereka di Myanmar. Masalahnya, hal itu dilakukan saat Myanmar tengah disorot karena tragedi kemanusiaan yang terjadi kepada etnis Rohingya.

Kala itu, Leeds United dijadwalkan melawan Tim All-Star dari Myanmar pada 9 Mei 2018. Myanmar dipilih karena dianggap sebagai negara yang memiliki pertumbuhan cepat dalam menggilai sepak bola Inggris.

"Myanmar adalah salah satu negara yang tumbuh dengan cepat sertasangat fanatik terhadap sepak bola Inggris," ucap managing director Leeds United, Angus Kinnear dikutip dari The Guardian.

Hal ini menjadi sorotan dunia, mengingat saat itu Leeds United datang karena dianggap melakukan pengembangan bisnis di saat yang tidak tepat. Keadaan itu diperparah oleh Andrea Radrizzani, pemilik Leeds United.

Pria asal Italia itu menolak tawaran dari Kate Allen, seorang direktur di Amnesty Internasional Inggris. Allen memang tidak memiliki kuasa untuk melarang Leeds United datang ke Myanmar, namun dirinya meminta kepada Leeds untuk menggunakan pengaruhnya dalam mengkampanyekan penghentian kekerasan terhadap kemanusiaan.

Akan tetapi, hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh Radrizzani. Dirinya menilai kedatangan Leeds United ke Myanmar bukan untuk kegiatan politik.

"Saya tahu ini adalah keputusan yang kontroversial, namun kami telah mempertimbangkannya dengan hati-hati. Semua orang suka sepak bola, dan ini adalah hiburan yang kami berikan untuk mereka, bukan pemerintah," ucapnya dikutip dari BBC.

"Tak pernah sedikitpun dalam pikiran saya, bahkan klub, untuk ikut terlibat dalam kegiatan politik di Myanmar," tutupnya.