In-depth

Sepenggal Kisah Iskandar, Legenda Persija Berjuluk Rui Costa dari Menteng

Rabu, 19 Agustus 2020 12:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© Dok. Tabloid BOLA
Iskandar, legenda Persija Jakarta berjulukan Rui Costa dari Menteng. Copyright: © Dok. Tabloid BOLA
Iskandar, legenda Persija Jakarta berjulukan Rui Costa dari Menteng.

INDOSPORT.COM - Dekade 1990-an adalah masa-masa suram Persija Jakarta. Klub yang sempat merajai kompetisi Perserikatan ini tenggelam di bawah bayang-bayang rival seperti Persib Bandung, Persebaya Surabaya, dan PSM Makassar. 

Persija bahkan akrab dengan papan bawah, terutama setelah PSSI melebur Perserikatan-Galatama demi melahirkan era profesional pada 1994. Mereka hanya sebatas penonton saat Persib, Bandung Raya, serta Persebaya Surabaya bergantian meraih titel juara Liga Indonesia (sekarang Liga 1) I, II, dan III. 

Namun, Persija kala itu tak sepenuhnya identik dengan catatan minor. Satu pemain mampu mencuri perhatian pada musim pertama kompetisi sepak bola profesional Indonesia yang jamak dikenal dengan nama Liga Dunhill (1994-1995).

Dialah Iskandar, gelandang serang Persija Jakarta yang dikenang akan kebolehannya mengeksekusi bola mati, entah itu tendangan bebas atau penalti. Dia berpredikat pemain tertajam tim berkat koleksi 15 gol semusim di Liga Indonesia 1994-1995.

Iskandar waktu itu masih tergolong pemain muda bersama Miro Baldo Bento, Maman Suryaman, dan Vennard Hutabarat. Mereka berkolaborasi dengan senior-senior semacam Rahmad Darmawan, Patar Tambunan, dan Kamarudin Betay, plus ditangani pelatih legendaris Sugih Handarto.

"Persija di LI I memang terpuruk di papan bawah, tapi kami sangat solid. Bantuan dari pemain-pemain senior membuat saya bisa tampil memukau musim itu," kata Iskandar seperti dikutip dari Tabloid BOLA edisi 2.873 (Jumat, 25 Mei 2018).

Total Iskandar membela Persija selama tiga musim (1993-1996). Dia melakoni debut pada musim terakhir Perserikatan (1993-1994), di mana sang legenda membawa Macan Kemayoran menembus semifinal sebelum keok dari Persib via drama adu penalti.

Iskandar bercerita sedikit soal pengalaman bertanding di semifinal menghadapi Persib Bandung. Usianya masih 20 tahun, namun sudah dipercaya mengisi susunan starter bareng senior-senior.

Pertandingan berakhir imbang 1-1 selama 120 menit. Persija melakukan pergantian pemain menjelang akhir waktu normal demi mengantisipasi adu penalti. Tony Tanamal masuk, Miro keluar.

"Alasannya tidak lain karena bang Tony yang berlabel senior dianggap lebih tenang dalam menjalani adu penalti. Dia memang disiapkan sebagai penendang terakhir," ujar Iskandar.

"Tapi, yang terjadi justru bang Tony gagal menceploskan bola sehingga kami kalah 3-4. Bang Patar, RD, dan saya berhasil menjalankan tugas. Yang gagal itu Maman Suryaman dan bang Tony," cetusnya.