In-depth

Paulo Dybala, Bakat Argentina yang Terlalu Dilebih-lebihkan?

Sabtu, 14 November 2020 21:35 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Juventus FC/Juventus FC via Getty Images
Performa Paulo Dybala yang tak kunjung membaik di Juventus dan Argentina membuat sebagian publik sepak bola menganggap dirinya sebagai wonderkid gagal. Copyright: © Juventus FC/Juventus FC via Getty Images
Performa Paulo Dybala yang tak kunjung membaik di Juventus dan Argentina membuat sebagian publik sepak bola menganggap dirinya sebagai wonderkid gagal.

INDOSPORT.COM - Performa Paulo Dybala yang tak kunjung membaik di Juventus dan Argentina membuat sebagian publik sepak bola menganggap dirinya sebagai wonderkid gagal. 

Pelatih Juventus, Andrea Pirlo memberikan pembelaan kepada Paulo Dybala yang dinilai menjadi kambing hitam di laga melawan Lazio, Minggu (08/11/20) malam WIB.

Pertandingan antara Lazio vs Juventus berakhir dengan skor imbang 1-1. Sejatinya Si Nyonya Tua mengawali laga dengan baik berkat gol Cristiano Ronaldo pada menit ke-15.

Namun, gol terakhir dari Felipe Caicedo pada masa injury time berhasil mengubah skor menjadi imbang 1-1. Pada kekalahan ini, Paulo Dybala pun dijadikan kambing hitam. 

Pasalnya, sebelum gol Lazio tercipta, Dybala merupakan pemain yang menguasai bola. Pemain sepak bola Argentina itu melakukan dribel kurang sempurna yang membuat bola keluar. 

Sudah tak mencetak gol, justru menyebabkan timnya tertekan. Situasi ini seakan melengkapi performa jeblok Dybala pada laga melawan Spezia. 

Di laga pekan sebelumnya tersebut, ia ditarik pada menit ke 56' dan digantikan Cristiano Ronaldo yang baru comeback dari COVID-19. Tanpa basa-basi, Ronaldo langsung cetak brace untuk Si Nyonya Tua. 

Pada laga melawan Spezia, Dybala gagal melepaskan satu tembakan pun. Bandingkan dengan Chiesa, Morata, dan Ronaldo yang masing-masing membuat dua tembakan.

Kapasitas Paulo Dybala pun kembali dipertanyakan. Apakah ia memang pantas mengenakan nomor 10 di Juventus dan diberi kontrak panjang?

Mantan Wonderkid yang Jadi Pesakitan

Paulo Dybala sejatinya begitu mencuri perhatian di masa belianya saat membela klub Palermo. Bakat dan kualitasnya dengan cepat menginspirasi Juventus dalam meraih kemenangan hingga trofi.

Namun seiring waktu, performa dan statistik Dybala menurun. Esok hari ia sudah berusia 27 tahun, dan sudah seharusnya menjadi bintang besar bukan malah melempem seperti saat ini. 

Saat ini Paulo Dybala tercatat sebagai salah satu dari lima pemain terlama Juventus setelah Giorgio Chiellini (gabung pada 2005), Carlo Pinsoglio (2014), dan Sami Khedira serta Alex Sandro (2015).

Situs WhoScored mencatat bahwa, meski telah bermain dua kali di Serie A musim ini, Paulo Dybala cuma mampu melepas satu tembakan mengarah ke gawang. Padahal, total tembakannya ada sembilan kali.

Sementara itu di Liga Champions, tak ada satu tembakan akurat pun yang Paulo Dybala berhasil ukir kendati melepas total tiga percobaan musim ini.

Nasib kurang baik tak hanya menimpanya di Juventus, tetapi juga di Timnas Argentina. Terakhir kali Paulo Dybala membela Timnas Tango adalah pada November 2019 silam. Itu artinya, ia sudah absen selama setahun. 

Sejauh ini, Dybala sendiri hanya mencatatkan 29 caps bersama Timnas Argentina. Ia sering absen untuk bergabung ke timnas karena berbagai masalah yang melanda. Kontribusi golnya bagi Tim Tango juga kecil, yakni cuma 2 gol. 

Dilepas Juventus

Kini, di tangan pelatih Andrea Pirlo, posisi Paulo Dybala semakin sulit. Rumor berembus dirinya bakal dijual di bursa transfer musim depan bersama dengan Cristiano Ronaldo sebagai bagian dari menutup kerugian sebagai dampak virus corona. 

Melansir laman berita Sport Mediaset, pemain berkebangsaan Argentina ini kabarnya hanya akan diberi waktu dua bulan untuk bisa masuk skema Pirlo. Alasannya? Sederhana, ia kabarnya tak memiliki performa lebih baik seperti sedia kala.

Semenjak gabung dari Palermo tahun 2015 lalu, La Joya sempat tunjukkan daya magis untuk memajukan Juve. Tapi lain dulu lain sekarang, kini penyerang berusia 26 tahun tersebut sudah tak memiliki motivasi cukup dan itu ditunjukkannya di dalam maupun luar lapangan.  

Salah satu buktinya ialah ketika ia sempat bersitegang dengan direktur klub, Fabio Paratici terkait akan kinerja pelatih yang enggan menurunkannya di beberapa pertandingan liga. Tak heran gara-gara ini, pihak Le Zebre dan pemain masih belum sepakat terkait kontrak.

Jika seperti ini akhirnya, maka lebih baik bagi Paulo Dybala untuk hengkang dari Juventus jika tak ingin kariernya mandeg. Sudah saatnya ia menemukan tim yang bisa memainkannya di posisi favorit yakni sebagai second striker dan memberinya lebih banyak kesempatan.

Jika ngotot bertahan, maka jangan sakit hati jika golden boy Argentina itu dicap sebagai wonderkid gagal Juventus.