In-depth

Cerita Evgheni Hmaruc, Satu Lapangan dengan Skuat Juara Liverpool hingga Gabung Persija

Selasa, 8 Desember 2020 12:46 WIB
Editor: Isman Fadil
© Adam Davy - PA Images via Getty Images
Mantan kiper Persija Jakarta, Evgheni Hmaruc, saat menghadapi Liverpool di Liga Champions. Copyright: © Adam Davy - PA Images via Getty Images
Mantan kiper Persija Jakarta, Evgheni Hmaruc, saat menghadapi Liverpool di Liga Champions.

INDOSPORT.COM - Nama Evgheni Hmaruc pernah menghiasi sepak bola Indonesia bersama Persija Jakarta. Sebelum bergabung dengan Macan Kemayoran, eks kiper Timnas Moldova ini ternyata pernah menghadapi Liverpool di Liga Champions.

Kejadian tersebut terjadi pada 10 Agustus 2005. Liverpool yang berstatus juara bertahan harus menghadapi CSKA Sofia yang diperkuat Hmaruc pada babak kualifikasi III Liga Champions 2005/2006.

Hmaruc dipercaya sebagai kiper utama oleh pelatih CSKA Sofia saat itu, Miodrag Jesic, di pertandingan melawan Liverpool. Sayang, Hmaruc harus memungut bola dari gawangnya sebanyak tiga kali.

Dalam pertandingan yang berlangsung di Natsionalen Stadion Vasil Levski, Sofia, Liverpool berhasil mengalahkan CSKA Sofia dengan skor 3-1 pada leg pertama babak kualifikasi III Liga Champions 2005/2006. Tiga gol The Reds masing-masing dicetak oleh Djibril Cisse dan brace dari Fernando Morientes.

Meski kalah, momen melawan Liverpool menjadi kebanggaan tersendiri bagi Evgheni Hmaruc, mengingat sang lawan adalah juara bertahan ajang tersebut yang mengalahkan AC Milan di Istanbul.

"Ketika Anda masuk ke lapangan, Anda melihat pemain seperti Pepe Reina, Finnan, Hyypia, Riise, Gerrard, Djibril Cisse, Luis Garcia, Xabi Alonso, Morientes, Carragher. Anda melihat mereka dan tampaknya dua bulan lalu, Anda melihat mereka di TV di final Istanbul," kata Hmaruc dikutip dari Moldfootball.

"Dan di sini mereka ada, berlari tepat di depan Anda. Fernando Morientes mencetak dua gol ke gawang saya dan satu gol lagi dicetak Cisse," sambungnya.

Dua pekan kemudian, CSKA Sofia secara mengejutkan berhasil mengalahkan Liverpool dengan skor 1-0 di Anfield pada leg kedua. Sayang, Hmaruc tidak dimainkan di laga ini dan CSKA Sofia tersingkir karena kalah agregat gol.

Kebersamaan Evgheni Hmaruc bersama CSKA Sofia hanya berlangsung satu setengah musim setelah dirinya terlibat konflik dengan Miodrag Jesic sehingga kontraknya tidak diperpanjang.

Usai meninggalkan CSKA Sofia, Hmaruc sempat pulang kampung membela klub Moldova, Tiligul-Triras, selama semusim.

Lalu pada tahun 2007, Hmaruc diajak oleh pelatih Persija Jakarta, Sergei Dubrovin untuk mencoba menjajal Liga Indonesia. Dia pun bergabung dengan skuat Macan Kemayoran untuk Liga Indonesia musim 2007/2008.

Jalan berliku pun dilalui Hmaruc saat bermain di Indonesia. Mulai dari faktor cuaca hingga minimnya fasilitas membuat dirinya kesulitan bertanding di Liga Indonesia.

"Sergei Dubrovin mengajak saya, dia pelatih (Persija) Jakarta saat itu. Bisa dikatakan sulit (bermain di Indonesia), iklim tidak berubah. Panas, pengap, lembap," tambah Hmaruc.

"Tidak ada penerangan lampu di dalam stadion. Jadi ketika bermain jam tiga sore, hari masih terang, namun suhu berada di bawah 40 derajat. Dalam kondisi seperti itu, sulit sekali bernapas, tidak seperti sedang bermain bola," imbuhnya.

Penampilan Hmaruc bersama Persija Jakarta kerap mengundang decak kagum. Namun sayang hal itu ternoda, setelah ia terlibat pekelahian di atas lapangan dengan penyerang Persik Kediri, Cristian Gonzales, pada babak 8 besar Liga Indonesia.

Hal ini berimbas dengan masuknya nama Evgheni Hmaruc dalam daftar hitam kategori 2 pesepakbola yang dilarang berkarier di Indonesia pada 2008. 

"Setelah berkarier di Indonesia, saya merasa lucu ketika mereka mengatakan bahwa kami memiliki wasit yang buruk. Seberapa bagus Anda bermain, wasit akan mengalahkan tim tamu jika dia mau," tandas pria yang kini bekerja sebagai karyawan di Interdnestrcom.

Evgheni Hmaruc memilih kembali ke Moldova usai semusim membela Persija Jakarta. Selain Hmaruc, pelatih yang mengajaknya berkiprah di Indonesia, Sergei Dubrovin, dihukum dua tahun oleh PSSI karena perilaku buruk di Divisi Utama 2007.