In-depth

Gianluigi Lentini dan Tragedi yang Mengubah Hidupnya di AC Milan

Selasa, 12 Januari 2021 21:05 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Etsuo Hara/Getty Images
Gianluigi Lentini saat masih berseragam AC Milan. Copyright: © Etsuo Hara/Getty Images
Gianluigi Lentini saat masih berseragam AC Milan.

INDOSPORT.COM - Mengingat kembali perjalanan karier eks pemain AC Milan, Gianluigi Lentini, yang penuh cobaan dan berakhir dengan kepedihan.

Pria ini pernah menjadi pemain termahal dunia ketika didatangkan AC Milan dari Torino pada 1992. Nilainya menyentuh angka 13 juta pound semasa itu.

Carmagnola, sebuah kota kecil di dekat Turin, jadi saksi kelahiran Gianluigi Lentini pada 27 Maret 1969. Ia memulai karier sepak bola mudanya bersama Torino sebelum bergabung ke klub yang lebih kecil, Ancona.

Bermain di kompetisi bawah ternyata tidak serta-merta membuat nama Lentini ikut pudar. Klub sekelas pun AC Milan tidak luput mencium bakatnya.

Ia memang bukan seorang pencetak gol super andal, tapi ia ahli dalam menciptakan peluang. Ketika berada di Torino, ia menciptakan kerja sama yang apik bersama Enzo Scifo dan Roberto Politano.

Hingga pada akhirnya, takdir pun membawanya ke AC Milan dan memecahkan rekor dunia. Banyak yang merasa skeptis dengan harga yang terlalu tinggi tersebut, tapi Rossoneri punya penilaiannya sendiri terhadap bakat Lentini.

Musim pertama Lentini bersama Rossoneri berakhir tidak manis-manis amat, apalagi setelah mereka kalah secara mengejutkan dari Marseille di final Liga Champions 1992-1993.

Meskipun laga final tersebut sangat dikenang publik akibat skandal match fixing Marseille dan presiden mereka, Bernard Tapie, yang menyeruak setelahnya, tidak menutup fakta bahwa Lentini telah mencapai salah satu prestasi terbaik sepanjang kariernya saat itu.

Apalagi, pada musim yang sama, ia juga berhasil memenangkan gelar Serie A Liga Italia bersama Rossoneri. Sepertinya masa depan yang cerah telah menanti di hadapannya.

Akan tetapi, sebuah tragedi terjadi dan mengubah kehidupan Lentini. Pada Agustus 1993, ia mengalami kecelakaan mobil parah yang nyaris saja mengancam kariernya sebagai seorang pesepak bola.

Porsche 911 Lentini keluar jalur di pinggiran Villafranca d’Asti setelah dikendarai dengan kecepatan kurang lebih 200 km/jam. Mobil tersebut sempat terpental sebelum pada akhirnya terbakar.

Lentini dibawa ke rumah sakit dalam kondisi cedera mata dan kepala. Beruntung, nyawanya dapat terselamatkan dan bahkan dokter yang menanganinya cukup optimistis sang pemain bisa kembali bermain di lapangan hijau.

Hanya saja, Lentini setelah kecelakaan sudah tidak sama lagi seperti Lentini yang dulu. Bagaimanapun juga, ia pernah cedera parah, hilang ingatan untuk sementara, bahkan mengalami gangguan penglihatan.

Perubahan pada diri Gianluigi Lentini ini juga dibenarkan oleh Marcel Desailly. Ia tahu rekannya tersebut bakal sangat kesulitan untuk kembali hebat seperti dulu.

“Anda bisa melihat kemampuannya, bagaimana dia sebelum dan sesudah kecelakaan. Keseimbangannya benar-benar berbeda,” ucap Desailly, seperti pernah diwartakan laman Worldsoccer.

Setelah kecelakaan tersebut, Gianluigi Lentini memang kembali bermain sepak bola dan bahkan turut menikmati gelar Liga Champions 1993-1994 yang diperoleh AC Milan usai mengalahkan Barcelona di final.

Meski mendapat medali, kebahagiaan Lentini rasanya tidak sempurna lantaran malam itu ia hanya diletakkan di bangku cadangan. Rasanya pasti menyakitkan bagi seseorang yang pernah jadi pemain termahal dunia.

Pria yang juga akrab disapa Gigi ini mengakhiri kisahnya di AC Milan pada 1996 usai menambah dua gelar Scudetto lagi pada musim 1993-1994 dan 1995-1996.

Pelabuhannya selanjutnya adalah Atalanta, baru kemudian kembali lagi ke Torino pada tahun 2001. Namun hal yang paling membuat miris adalah karier Lentini setelah itu, di mana ia tidak lagi membela klub-klub besar.

Tercatat, ia hanya membela beberapa klub yang mungkin tidak akrab di telinga penikmat sepak bola, seperti Canelli, Saviglianese, Nicese, dan Carmagnola.

Walaupun mengalami karier yang terjun bebas, Gianluigi Lentini bisa sedikit tersenyum lantaran sang anak, Nicholas, juga mengikuti jejaknya sebagai pesepak bola. Pemuda berusia 24 tahun ini berposisi sebagai seorang kiper.