Liga Indonesia

Kisah Pemain Garuda Select 3, Faqih Maulana: Berhenti Main Bola karena Biaya

Minggu, 24 Januari 2021 14:15 WIB
Penulis: Martini | Editor: Herry Ibrahim
© PSSI
Salah satu penggawa Garuda Select jilid III, Muhammad Faqih Maulana. Copyright: © PSSI
Salah satu penggawa Garuda Select jilid III, Muhammad Faqih Maulana.

INDOSPORT.COM - Ada kisah menyentuh hati yang dituturkan salah satu penggawa Garuda Select, Muhammad Faqih Maulana. Bek 16 tahun itu ingin mewujudkan cita-cita sang ayah yang sempat kandas.

Muhammad Faqih Maulana merupakan anak dari Kaendah, yang juga sempat menjajal sebagai pemain sepak bola antar kampung. Namun, karena keterbatasan biaya, Kaendah pun harus mengubur mimpinya tersebut.

Siapa sangka, darah sepak bola mengalir kepada Faqih Maulana. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan minatnya pada sepak bola, bahkan Faqih dikenal memiliki sepakan kaki kiri yang kuat, dan postur yang sangat baik.

Faqih Maulana pun mendapat dukungan penuh dari sang ayah untuk melanjutkan mimpinya menjadi pesepakbola profesional. Ia mengawali perjuangan itu dari tim Petros Stream, Maisa Bekasi, dan Gelora Putra.

Faqih Maulana beberapa kali dipanggil dalam pemusatan latihan Timnas U-16, bermain di Liga TopSkor, dan dikontrak Bhayangkara FC U-16, sebelum akhirnya lolos seleksi Program Garuda Select 3.

"Ayah cerita dulu beliau tak mampu untuk membeli sepatu, jadi meminjam sepatu teman ketika ingin bermain sepak bola. Karena keterbatasan biaya, ayah saya harus berhenti bermain sepak bola," kata Faqih.

"Mendengar cerita itu, saya ingin mewujudkan cita-cita ayah yang dulu tak bisa diraih. Saya ingin membuat orang tua saya bahagia dan tersenyum dengan menjadi pemain sepak bola profesional."

"Orang tua merupakan sosok yang paling berperan dalam hidup saya, di mana dulu mereka rela meninggalkan pekerjaan demi mengantarkan saya ke SSB," tuntasnya.

Faqih Maulana bersama 20 pemain Garuda Select asal Indonesia akan menjalani latihan intensif serta uji coba dengan berbagai klub sepak bola Eropa, hingga Mei 2021 nanti, di bawah arahan Dennis Wise dan Des Walker.