In-depth

3 Masalah di Tubuh Chelsea hingga Kesulitan Menembus 4 Besar Liga Inggris

Senin, 24 Mei 2021 11:23 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
 Copyright:
Masalah dalam Tubuh Chelsea

Seperti yang telah dijabarkan, ada beberapa tiga masalah versi INDOSPORT sehingga Chelsea sulit bersaing dan bahkan harus bergantung pada tim lain untuk sekadar finis empat besar.

Berikut tiga masalah tersebut.

1. Tak Memiliki Predator

Perjalanan Chelsea di musim 2020/21 tergambar jelas di laga terakhir Liga Inggris 2020/21 kala melawat ke markas Aston Villa.

Di laga tersebut, Chelsea kembali terlihat tumpul seperti laga-laga sebelumnya dan kesulitan mencetak gol melawan tim yang tidak bermain terbuka.

Sebagai informasi, di laga melawan Aston Villa Chelsea membuat 20 peluang dan hanya satu berbuah gol saja.

Bahkan nilai xG (Expected Goals) Chelsea di laga ini sangat tinggi yakni 3.78 berbanding 1.17 milik Aston Villa (nilai 0.76 berasal dari penalti).

Jauh sebelum laga ini, Chelsea memang andal dalam membuat peluang, namun tiada predator yang bisa menyelesaikan peluang tersebut.

Bahkan, di Liga Inggris saja top skor Chelsea adalah Jorginho, yang notabene gelandang tengah dan gol-golnya semua berasal dari titik putih.

2. Tak Memiliki Mental Baja

Untuk urusan ini agak sedikit menjurus opini. Namun fakta di lapangan membuktikan benar bahwa skuat Chelsea tak punya mental.

Mayoritas pemain Chelsea memang dihuni pemain muda. Pemain muda biasa dikenal tak memiliki mental baja untuk menghadapi tekanan yang begitu besar. Sehingga membutuhkan para pemain senior yang berpengalaman.

Memang saat ini Chelsea punya pemain senior berpengalaman seperti Thiago Silva, Antonio Rudiger, dan Cesar Azpilicueta.

Akan tetapi, ketiganya tak cukup baik jika dibandingkan skuat lama The Blues yang dihuni pemain gaek bermental baja seperti John Terry, Frank Lampard, dan Didier Drogba.

Selain itu, poin khusus soal ini ditujukan kepada kapten tim yang tak lain Azpilicueta. Sebagai pemain paling lama di Chelsea saat ini dan juga kapten, ia tak menunjukkan kepemimpinan yang apik.

Bahkan, di laga melawan Aston Villa di mana Chelsea diwajibkan menang, ia malah menerima kartu merah karena tindakan konyol. Padahal rekan-rekannya membutuhkan kehadiran pemimpin untuk memberikan dukungan moril dalam pertandingan.

3. Transisi yang Tak Kunjung Usai

Chelsea memang tengah berada dalam masa transisi mengingat banyaknya pemain baru datang dan banyaknya pemain muda yang terintegrasikan.

Masa transisi ini sendiri membuat perjalanan Chelsea di tiap musimya terlalu berat. Sebagai perbandingan, skuat The Blues terakhir juara di 2019, memiliki perbedaan cukup banyak dengan saat ini.

Banyaknya pemain muda ditambah pemain anyar sekaligus pergantian pelatih membuat masa transisi Chelsea terhambat.

Bila dibandingkan saat era sebelumnya, Chelsea kerap mengganti pelatih namun skuatnya tak banyak perubahan.

Ambil contoh saat Jose Mourinho dipecat pertama kali, para pemain Core (inti) Chelsea masih berada di klub,.

Lalu saat Jose Mourinh dipecat kedua kalinya hingga digantikan Antonio Conte berlanjut dengan Maurizio Sarri, para pemain inti masih terdapat dalam tubuh tim.

Dua musim terakhir ini, jelas terlihat bahwa Chelsea kesulitan mengatasi masa transisi yang belum pernah mereka hadapi sejak diakuisisi Roman Abramovich.