Liga Inggris

Pemain Liga Inggris Blak-blakan Ngaku Gay, AC Milan Nimbrung Ikut Respons

Selasa, 17 Mei 2022 14:05 WIB
Penulis: Agung Wicaksono | Editor: Prio Hari Kristanto
© INDOSPORT
LGBT dalam tribun penonton. Copyright: © INDOSPORT
LGBT dalam tribun penonton.
Komentar Banyak Klub

Postingan dalam akun Twitter resmi klub, Blackpool bahkan langsung dibanjiri komentar dan dukungan dari banyak klub sepak bola Eropa yang serempak berkomentar dan mendukung gerakan 'kebebasan manusia'.

Hal itu termasuk kebebasan dalam memilik orientasi seksual dan mendukung kampanye LGBT yang memang gencar dilakukan di Liga Inggris, bahkan tiap tahun mereka menyisipkan pesan 'football for everyone'.

Tim asal kota Milan inimerespons dengan membalas postingan Blackpool yang intinya bahwa mereka mendukung Jake Daniels yang mencoba menjadi dirinya sendiri dan mencari kebahagiaannya.

"kamu menjadi dirimu, kamu merasa bahagia, itulah yang paling penting," tulis AC Milan setelah klub Blackpool memberikan pernyataan resminya.

AC Milan tak sendiri, sederet klub Liga Inggris hingga akun resmi FIFA juga memberikan dukungan pada pemain muda Blackpool itu dengan memberikan emoticon bendera berwarna pelangi (identitas LGBTQ).

Namun tak banyak yang mengerti bahwa dukungan berbagai klub dan beberapa merek dagang besar di dunia, seperti Nike, Adidas hingga puma merupakan salah satu bentuk komodifikasi serta strategi marketing memperluas segmentasi.

Hal itu tentu tak mengejutkan, jika melihat kondisi Eropa saat ini, bahkan Uni Eropa sampai mendeklarasikan sebagai zona kebebasan bagi komunitas LGBT. Selain itu, campaig ini konon didanai dari aliran dana 'Pink Money'.

Rainbow Capitalism merupakan usaha nyata korporasi untuk memperluas segmentasi pasar LGBT yang begitu besar di Eropa. Bahkan di momen Piala Dunia campaign ini juga sempat muncul, namun terhenti saat Piala Dunia berada di Qatar.

Rainbow Marketing semakin terlihat nyata ketika salah satu brand besar di dunia tak menampilkan 'rainbow laces' ketika merayakan 'Pride Mouth' di Indonesia, ketika mereka menggunakannya di luar negara Indonesia.

Kejadian itu tentu menunjukkan bahwa campaign LGBT tak bisa dilakukan di seluruh negara, mereka harus melihat demografi market yang memiliki kecenderungan ramah dengan kampanyenya tersebut.