Bola Internasional

Pensiunnya Gonzalo Higuain, Mesin Gol Kelas Wahid yang Sering Dinomorduakan

Selasa, 4 Oktober 2022 19:25 WIB
Penulis: Izzuddin Faruqi Adi Pratama | Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Ira L. Black - Corbis/Getty Images
Pada Senin (03/10/22), pemain Inter Miami, Gonzalo Higuain, mengumumkan jika musim ini adalah musim terakhirnya bermain sepak bola secara profesional. Foto: Ira L. Black - Corbis/Getty Images. Copyright: © Ira L. Black - Corbis/Getty Images
Pada Senin (03/10/22), pemain Inter Miami, Gonzalo Higuain, mengumumkan jika musim ini adalah musim terakhirnya bermain sepak bola secara profesional. Foto: Ira L. Black - Corbis/Getty Images.

INDOSPORT.COM - Pada Senin (03/10/22), pemain Inter Miami, Gonzalo Higuain, mengumumkan jika musim ini adalah musim terakhirnya bermain sepak bola secara profesional.

Ya, Inter Miami yang berkompetisi di Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat akan jadi klub terakhir bagi bomber Argentina berusia 34 tahun tersebut.

Sejak meninggalkan Eropa tiga tahun lalu, namanya mungkin mulai jarang terdengar namun seorang Gonzalo Higuain tetap punya karier yang pantas untuk dikagumi.

Ia lahir di Brest, Prancis, dari keluarga Argentina berdarah Basque, kemudian dibesarkan di negara leluhurnya dan juga memulai karier sepabagi pesepak bola di sana.

Sejak awal bakat Higuain warisan dari ayahnya yang juga atlet pro sudah terlihat. Sedari muda ia telah bergabung dengan akademi salah satu klub paling elite di seantero Amerika Selatan, River Plate.

Di usia 18 tahun, debut kompetitif sudah ia mainkan bersama River. 2005/2006 yang jadi musim perdananya diwarnai dengan 5 gol dari 12 penampilan.

Pada musim berikutnya Gonzalo Higuain semakin menggila. Sang striker remaja sudah bisa mendulang dua digit gol (10) dari 17 laga saja dan Daniel Passarella, manajer River Plate saat itu, percaya jika pemain mudanya itu punya masa depan cerah.

Benar saja. Di 2006/2007 Higuain kemudian diangkut oleh Real Madrid dengan fee 12 juta euro (Rp180 miliar). Butuh adaptasi, momen debut pun baru bisa ia dapatkan setelah enam bulan di Santiago Bernabeu.

Dua tahun pertamanya di ibu kota Spanyol berjalan kurang mulus dan dinilai tidak cukup tajam setelah hanya mengukir 11 lesakan dari 57 partai.

Barulah di 2008/2009 tiba-tiba Higuain bak mendapat durian runtuh. Cedera Ruud van Nistelrooy membuat Real Madrid menjadikannya mesin gol utama dan kepercayaan itu membuat 24 gol mengalir begitu saja dari kaki dan kepalanya.