Liga Indonesia

Liga 1: Tim Gabungan Aremania Tuntut Pengusutan Menyeluruh terhadap Kepolisian

Sabtu, 15 Oktober 2022 15:55 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Indra Citra Sena
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam.

INDOSPORT.COM - Tim Gabungan Aremania (TGA) terus-menerus menyuarakan pengusutan secara tuntas terhadap jatuhnya ratusan korban jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/22) lalu.

Sorotan utama dari hasil investigasi yang digelar TGA bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (Kontras), tak lain adalah pihak kepolisian.  

Ya, salah satu unsur keamanan yang bertugas di Stadion Kanjuruhan itu disorot tajam terkait tindakan penembakan gas air mata. Faktor inilah yang kemudian disebut sebagai penyebab tragedi.

Pasalnya, tembakan gas air mata langsung memicu kepanikan suporter di tribun. Situasi itu yang kemudian menimbulkan banyak korban jiwa, baik meninggal dunia maupun yang terluka di Tragedi Kanjuruhan.

"(Penembakan gas air mata) ada yang memberi komando. Itu sudah masuk unsur pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) dan kejahatan kemanusiaan," ucap Sekretaris Jenderal Kontras, Andy Irfan, Jumat (14/10/22).

Sehingga, pihaknya bisa menyimpulkan bahwa banyaknya korban meninggal dunia karena terpapar gas air mata, yang berlanjut dengan gejala sesak napas.

"Kami meyakini banyaknya korban yang jatuh diakibatkan gas air mata," tambah dia di Posko TGA yang berada di Gedung KNPI Kota Malang.

Berdasarkan temuan selama investigasi, tembakan gas air mata itu diyakini bukan bersifat situasional. Kontras dan TGA yakin, ada skenario secara sistematis.

"Kami meyakini ada personel kepolisian yang memberikan perintah dan tak mencegah ketika gas air mata ditembak. Padahal, ada risiko tinggi saat gas air mata digunakan," beber dia.

"Lagipula sebelum pertandingan, kami mendapati personel kepolisian sudah dipersenjatai gas air mata. Masalah ini yang harus ditanyakan lagi, kenapa," sambung Andy Irfan.