In-depth

Dari Skandal Plusvalenza Hingga Doping di Final Liga Champions, 5 Alasan Juventus Punya Banyak Hater

Minggu, 22 Januari 2023 16:33 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© UEFA
Pemain Juventus bersuka cita saat menjuarai Liga Champions usai mengalahkan Ajax Amsterdam di final. 22 Mei 1996. Copyright: © UEFA
Pemain Juventus bersuka cita saat menjuarai Liga Champions usai mengalahkan Ajax Amsterdam di final. 22 Mei 1996.
2. Penggunaat Zat Terlarang di Final Liga Champions (1996)

Rapor merah perilaku Juventus tidak hanya berlaku di Liga Italia namun juga Liga Champions. Satu yang terbukti adalah di final edisi 1996 dengan Ajax Amsterdam sebagai lawan.

Laga yang dihelat di Stadio Olimpico Roma tersebut berlangsung sengit dan harus dilanjutkan hingga babak adu penalti karena skor imbang 1-1 bertahan sampai 120 menit.

Juventus kemudian memenangi adu tos-tosan dengan skor 2-4 namun Ajax merasa kekalahan mereka tidak wajar. Kubu Belanda mengklaim jika daya tahan stamina lawan di luar batas normal sehingga menuding penggunaan doping alias zat peningkat performa.

Kecurigaan De Godenzonen baru terbukti pada 2004 setelah Riccardo Agricola selaku dokter tim La Vecchia Signora dijebloskan ke balik jeruji karena terbukti memasok doping untuk pemain yang jadi pasiennya dalam kurun 1994 hinga 1998.

Ajax berhak marah karena Juventus telah merebut kesempatan mereka menjuarai Liga Champions dua musim beruntun. Lebih parahnya, sampai kini kesempatan untuk mengangkat trofi kuping besar belum pernah mereka dapatkan lagi.

3. Dugaan Sabotase Titel AS Roma (1981)

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, sebenarnya banyak sekali rumor gelap sola Juventus mendapatkan bantuan dari ofisial Liga Italia untuk menjegal lawan-lawannya.

Tim yang bersaing dengan Nyonya Tua pasti kemungkinan besar akan ketiban sial di laga-laga krusial seperti yang dirasakan oleh Torino (1972), Fiorentina (1982), atau Inter Milan (1998). Bukan hanya AC Milan saja yang pernah menjadi korban.

AS Roma pun sempat terkangkang karena keputusan penuh perdebatan saat coba melawan Juventus di Liga Italia musim 1980/1981. Hingga kini kontroversi terkait musim tersebut terkadang masih memancing diskusi panas.

Semua karena dianulirnya gol Maurizio Turone yang harusnya bisa memenangkan I Lupi atas si empunya Olimpico Turin karena alasan offside meski wasit Paolo Bergamo diklaim tidak punya sudut pandang yang pas.

Laga berakhir imbang tanpa gol dan dua pekan kemudian Juventus diberi predikat scudetto dan Roma mengekor tepat di belakangnya. Analisa video sudah sering dibawa pada masalah ini namun kualitas gambar yang masih belum terlalu baik justru semakin memperkeruh kontroversi.