In-depth

Dari Skandal Plusvalenza Hingga Doping di Final Liga Champions, 5 Alasan Juventus Punya Banyak Hater

Minggu, 22 Januari 2023 16:33 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© NurPhoto/GettyImages
Fabio Capello, pelatih Juventus di 2005/2006 kala calciopoli terungkap. Copyright: © NurPhoto/GettyImages
Fabio Capello, pelatih Juventus di 2005/2006 kala calciopoli terungkap.
4. Skandal Calciopoli (2006)

2005/2006 akan selalu dikenang sebagai musim paling kelam bagi Liga Italia usai terbukanya kasus suap dan pengaturan skor yang melibatkan Juventus dan sejumlah kesebelasan lain.

Petinggi I Bianconeri, Luciano Moggi, dianggap sebagai dalang dalam kejahatan yang sangat terstrukur ini. Hukuman yang harus diterima oleh klub tidak main-main besarnya.

Tidak cuma kehilangan titel Liga Italia 2005/2006 saja, namun Juventus juga dianggap tidak berhak mengklaim trofi musim sebelumnya. Tidak berhenti sampai di situ, pada 2006/2007 mereka pun harus tampil di kasta kedua dengan pengurangan poin plus denda sejumlah 75.000 Euro.

Nyaris dua dekade setelah kasus yang dinamai calciopoli tersebut, Juventus sudah kembali menjadi tim papan atas dengan gelimang prestasi namun tidak dengan reputasi mereka.

Kini cap sebagai tim yang gemar curang semakin tertempel dan hasilnya tiap ada kontroversi baru di dalam maupun luar lapangan tidak sedikit yang langsung menuding jika Juventus memang bersalah.

5. Skandal Plusvalenza (2022)

Banyak yang kaget ketika sejumlah eksekutif Juventus seperti Andrea Agnelli (presiden) juga Pavel Nedved (wakil presiden) mengundurkan diri dari posisi masing-masing pada penghujung 2022 lalu.

Rupanya hal ini disebabkan oleh investigasi yang dilakukan oleh federasi sepakbola Italia pada riwayat janggal transfer klub dimana ditemukan penggelembungan harga pemain di puluhan transaksi.

Pengadilan kemudian memutuskan jika Juventus memang bersalah dan sebagai hukumannya 15 poin mereka dari musim 2022/2023 yang kini masih berlangsung dihapuskan.

Leonardo Bonucci cs yang semula menjadi penantang gelar kini tiba-tiba menjadi tim papan tengah dalam sekejap mata. Dalam skandal yang kemudian dinamai plusvalenza itu, Juventus kabarnya masih berusaha untuk melakukan banding.

Namun sekali lagi citra buruk mereka di masa lalu membuat publik kadung tidak percaya jika vonis layak diringankan. Tifosi Juventus mungkin boleh beranggapan nada sumbang pada klub mereka hanya berasal dari hater saja tetapi sejarah sudah terlalu banyak mencatat noda hitam Bianconeri.