In-depth

Qatar Belum Tentu Bawa Barokah ke Manchester United, Kisah 4 Klub Kaya Instan yang Kini Terlupakan

Rabu, 14 Juni 2023 19:39 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© Quality Sport Images/Getty Images
Shinji Okazaki saat membela Malaga Copyright: © Quality Sport Images/Getty Images
Shinji Okazaki saat membela Malaga
3. Malaga

Di pertengahan 2000-an Malaga mendapati mereka berada dalam krisis finansial namun secara ajaib Abdullah Al Thani, pebisnis Qatar, mengulurkan tangan dan membeli saham mayoritas klub.

Hanya dalam proses sepekan, per 11 Juni 2010, Al Thani menjadi bos baru Los Albicelestes dan langsung memberikan efek instan. Di dua musim pertama fans disuguhi pemandangan spesial dengan ditunjuknya Manuel Pellegrini sebagai pelatih dari Salomon Rondon, Eliseu, dan Martin Demichelis cs.

Puncak dari itu semua adalah ketika Malaga memasuki musim 2011/2012 Liga Spanyol dengan memecahkan sejumlah rekor transfer mereka sendiri berkat kedatangan Ruud van Nistelrooy, Santi Cazorla, Jeremy Toulalan, Joaquin, Nacho Monreal, dan masih banyak lagi yang membuat mereka bisa finis empat besar dan lolos Liga Champions musim berikutnya.

Sayangnya justru di 2012/2013 mereka dianggap melakukan pelanggaran di Financial Fair Play dan bersama sejumlah klub lain dijatuhi denda oleh UEFA.

Setelahnya satu per satu kemalangan datang dan yang paling menyakitkan adalah degradasi ke divisi Segunda pada penghujung 2017/2018 saat sudah tidak ada bintang tersisa. Saat ini Malaga masih dipegang oleh Al Thani dan parahnya musim lalu mereka juga memastikan degradasi ke kasta ketiga.

4. Anzhi Makhachkala

Jika tiga klub sebelumnya di daftar ini harus terdegradasi akibat kesalahan manajemen yang awalnya menjanjikan, Anzhi Makhackala justru saat ini sudah tidak berwujud lagi alias dibubarkan meski pada 2011 mendapatkan suntikan dana besar dari pengusaha sukses Rusia yakni Suleyman Karimov.

Meski hanya bermain di Liga Rusia namun daya tarik mereka untuk mendatangkan nama-nama besar seperti Roberto Carlos, Samuel Eto'o, Willian Borges, Yuri Zhirkov, Lassana Diara, dan lain sebagainya. Guus Hiddink pun mau untuk menjadi manajernya.

Secara tiba-tiba Kerimov kemudian melakukan pemotongan bujet hanya usai memasuki dua tahun masa kepemilikan dan akibatnya Anzhi harus melepas banyak pemain pilarnya demi menghidupi klub.

Malang bagi mereka, relegasi di penghujung 2013/2014 tidak dapat terhindarkan usai menjadi juru kunci kasta teratas Rusia. Padahal di musim yang sama mereka masih bisa melaju ke 16 besar Liga Europa.

Setelahnya Anzhi menjadi tim yoyo dan bahkan ada masa dimana pemain U-20 dipromosikan dalam jumlah besar untuk memenuhi jumlah minimum regulasi kompetisi soal besar skuad. Pada Juni 2022 setelah perjuangan panjang, federasi Rusia memutuskan Anzhi tidak lagi layak berdiri sebagai klub profesional dan harus dibubarkan dengan pencabutan lisensi.