In-depth

Floyd Patterson, Murid Pertama Cus D’Amato yang Tenggelam karena Mike Tyson

Minggu, 5 Juli 2020 21:07 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Bettmann / Contributor via Getty Images
Floyd Patterson (kiri) ketika menerima bogem mentah dari Muhammad Ali Copyright: © Bettmann / Contributor via Getty Images
Floyd Patterson (kiri) ketika menerima bogem mentah dari Muhammad Ali
Sukses Floyd Patterson bersama Cus D’Amato

Mengawali karier dari kelas berat ringan sejak awal bersama Cus D’Amato, Patterson selalu menyimpan ambisi untuk bersaing di kelas berat.

Peluang itu terbuka cepat saat Rock Marciano menanggalkan gelar juara kelas beratnya. Patterson pun langsung bisa merebut gelar itu, usai bersaing mengalahkan Tommy Jackson dan Archi Moore.

Keberhasilan Patterson di tanggal 30 November 1956 itu menjadikannya Juara Dunia Kelas Berat termuda dalam sejarah, pada usia 21 tahun, 10 bulan, 3 minggu dan 5 hari. Selain juga sebagai peraih medali emas Olimpiade pertama yang memenangkan gelar kelas berat profesional kala itu.

Tak selamanya mulus, meski sempat sukses memeprtahankan gelar juara dunia kelas berat melawan Hurricane Jackson, Pete Rademacher, Roy Harris, dan Brian London Patterson akhirnya tumbang di tangan Ingemar Johansson dari Swedia, pada 26 Juni 1959.

Namun tak butuh waktu lama setelah kehilangan gelar juaranya, Patterson bisa langsung balik mengalahkan Johansson pada pertandingan ulang mereka di tanggal 20 Juni 1960. Begitupun saat digelar pertarungan ketiga di antara mereka 13 Maret 1961, Patterson kembali bisa mempertahankan gelarnya.

Dengan capaiannya kala itu, hubungan dekat Floyd Patterson dan Cus D’Amato akhirnya mengalami masalah pada awal tahun 1962. Bermula ketika Patterson tak mendengarkan keputusan Cus D’Amato, yang melarangnya bertanding melawan Sonny Liston.

© The Ring Magazine/Getty Images
Sonny Liston saat mengkanvaskan Floyd Patterson, 22 September 1962. Copyright: The Ring Magazine/Getty ImagesSonny Liston saat mengkanvaskan Floyd Patterson, 22 September 1962.

Alih-alih mendengarkan D’Amato, Patterson justru mendepak pelatih sekaligus manajernya itu dan  tetap memilih untuk bertanding melawan Sonny Liston.

Sial buat Floyd Patterson, dirinya pun harus kehilangan gelar di Chicago pada 25 September 1962, setelah kalah dari Sonny Liston.

Kekalahan itu sempat membuat depresi Floyd Patterson. Yang meski sempat kembali memenangkan beberapa pertandingan lainnya, dirinya tak pernah bisa lagi jadi juara kelas berat tinju dunia.

Termasuk ketika dipengujung kariernya sempat mencoba menantang Muhammad Ali dalam dua kesempatan yang cukup berjauhan. Terakhir terjadi pada 20 September 1972, di mana kekalahan itu menjadi pertarungan terakhir Patterson, meskipun dirinya tidak pernah mengumumkan secara resmi pensiun dari arena tinju.

Meski berada pada era tinju yang berbeda dengan Mike Tyson, tak bisa dipungkiri dengan segala prestasinya selama berkarier, kebesaran Floyd Patterson memang tenggelam sebagai anak didik Cus D’Amato paling sukses, seiring kemunculan si Leher Beton ke kancah tinju dunia sejak tahun 1985.