In-depth

Kisah Kerasnya Kehidupan yang Dihantam Telak oleh Manny Pacquiao

Kamis, 15 Oktober 2020 19:21 WIB
Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Ethan Miller/Getty Images
Manny Pacquiao saat menjuarai sabuk kelas welterweight di tahun 2016 Copyright: © Ethan Miller/Getty Images
Manny Pacquiao saat menjuarai sabuk kelas welterweight di tahun 2016

INDOSPORT.COM - Legenda tinju dunia asal Filipina, Manny Pacquiao, ternyata memiliki sebuah kisah kehidupan yang cukup menyedihkan. Akan tetapi, dirinya tidak menyerah akan hal itu dan mengubah derajatnya dengan kemenangan telak.

Siapa yang tidak kenal dengan Manny Pacquiao? Petinju satu-satunya yang membawa nama Asia kian meroket tajam ini dikenal sebagai salah satu legenda dari olahraga adu jotos tersebut.

Dirinya kian bersinar tatkala menerima tawaran dari salah satu petinju kelas dunia, Floyd Mayweather Jr di tahun 2015 silam. Pertarungan keduanya dikenal sebagai Fight of the Century atau Battle for Greatness.

Tak mengherankan, memang, mengingat status keduanya yang kala itu tengah bersinar. Mayweather saat itu telah bertanding sebanyak 47 kali dan belum pernah kalah. Sementara Pacquiao telah memiliki rekor 57 kali menang, lima imbang, dan dua kali kalah.

Hasil pertandingan tersebut dimenangkan oleh Mayweather Jr lewat 12 ronde dengan sistem perhitungan. Mayweather berhasil mengalahkan Pacquiao dengan skor 118–110, 116–112, dan 116–112.

© Getty Images
Duel tinju Floyd Mayweather vs Manny Pacquiao pada 2015 silam. Copyright: Getty ImagesDuel tinju Floyd Mayweather vs Manny Pacquiao pada tahun 2015 silam.

Meskipun menelan kekalahan, Pacquiao setidaknya berhasil mengumpulkan uang sebesar 100 juta US Dollar, atau sekitar Rp1,4 triliun dari satu pertandingan tersebut saja.

Tapi perlu diingat, apa yang dialami oleh Pacquiao kala itu bukanlah sesuatu yang dihasilkan secara instant. Terdapat sebuah kisah sulit yang pernah ia alami ketika masih berjuang dari bawah.

Masa-masa kehidupan kelam Pacquiao bahkan telah dirasakannya sejak kecil. Sebagai seorang pemuda, ia hidup di pedalaman terpencil Filipina di mana keluarganya hidup dalam kemiskinan. Pacquiao hidup bersama kedua orang tuanya dan tiga saudaranya dalam satu ruangan sempit. 

Keluarganya hanya makan mengandalkan hasil alam. Sering-seringnya mereka tak makan nasi berhari-hari. Pernah suatu ketika dirinya kabur dari rumah karena sang ayah memakan anjing peliharaannya karena sudah tidak punya lagi makanan, seperti dilansir dari The Sun.

Kabur dari rumah membuat dirinya otomatis menjadi seorang remaja gelandangan di pinggir jalan. Dirinya pun akrab dengan alas kardus sebagai wadahnya tidur di pinggir jalan.

Walaupun begitu, hal tersebut tidak berlangsung lama. Dengan tekad yang bulat, Pacquiao memutuskan pulang ke rumahnya lagi dan ingin mengubah nasib keluarganya dari kemiskinan.

Hingga pada akhirnya ia menemukan olahraga tinju, yang mana semua berawal dari sosok Mike Tyson. Saat itu, Pacquiao menyaksikan laga Mike Tyson melawan James Douglas.

Pada pertarungan itu Mike Tysin berhasil dikalahkan oleh James Douglas. Pertandingan itu ramai dibicarakan karena itu pertama kalinya Mike Tyson kalah di atas ring. Namun, justru karena kekalahan itulah Pacquiao merasa termotivasi untuk menjadi petinju kelas dunia seperti Tyson. 

"Aku tahu bahwa yang tertindas bisa, dan sering kali menang," kata Pacquiao dalam buku otobiografinya.

Bakat bertarung Pacquiao memang telah terbentuk dengan masa kecilnya yang keras dan penuh perjuangan. Setelah bertekad menjadi petinju profesional, Pacquiao pun menebalkan nyali dengan terbang ke Manila di usia 15 tahun. 

Di sana ia hidup menggelandang sebelum akhirnya mendapat kesempatan berlatih secara resmi di gym. Kesempatan itu tak disia-siakan Pacquiao dengan berlatih setiap hari di gym. 

Pacquiao pun mulai mencatatkan prestasi di usianya yang masih remaja. Waktu berjalan, Pacquiao akhirnya sukses berada di puncak dunia menjadi salah satu petinju terbaik di kelas ringan dengan kekayaan yang luar biasa.