Peristiwa Masa Lampau

Olympic Black Power Salute: Saat Olimpiade Jadi Panggung Perjuangan Ras

Rabu, 16 November 2016 14:18 WIB
Editor: Dery Adhitya Putra
 Copyright:
Kampanye Damai Martin Luther King Jr.

Lahir pada 15 Januari 1929, di Atlanta, Amerika serikat, sebagai hasil buah kasih pasangan Martin Luther King dan Alberta williams King, Martin Luther King Jr. tumbuh sebagai seorang Kristen taat. Latar belakang ayahnya yang merupakan seorang pendeta memiliki dampak besar pada pandangan hidup pria yang memegang gelar doktoral di bidang Teologi tersebut.

Sebagai aktivis kemanusiaan dan African-American, Martin Luther cukup vokal dalam menyarakan nasib buruk yang melanda kaumnya. Namanya mulai dikenal luas setelah terlibat dalam peristiwa Montgomery bus boycott pada 1955.

Kala itu, seorang wanita bernama Rosa Parks, yang merupakan sekretaris NAACP cabang Montgomery, Alabama, harus pasrah ditahan oleh pihak yang berwajib setelah menolak untuk memberikan kursi pada seorang penumpang berkulit putih.

sebagai respon atas perlakuan yang diterima Parks, Martin Luther, bersama rekannya Edgar Daniel Nixon, melakukan boikot kepada bus-bus di Montgomery untuk meminta diberlakukannya sistem di mana semua penumpang bus diperlakukan secara adil.

Dua tahun setelah peristiwa boikot tersebut, Martin Luther dan beberapa rekannya mendirikan Southern Christian Leadership Conference (SCLC). Kelompok ini didirikan dengan tujuan mengorganisir gereja warga kulit hitam untuk melakukan protes terkait hak asasi warga ras African-American dengan cara damai.
 


Martin Luther menjadi tokoh sentral dalam pergerakan masyarakan kulit hitam pada tahun 1960-an

Melalui prinsip yang dipegang teguh oleh SCLC, Martin Luther percaya bahwa protes secara damai dan terorganisir bakal lebih mampu menyampaikan pesan mengenai diskriminasi yang dialami masyarakat kulit hitam. Cara tersebut terbukti berhasil, karena masyarakat Amerika akhirnya menaruh simpati dan berpikir bahwa gerakan hak sipil untuk ras African-American merupakan isu terpenting dalam kancah politik Negeri Paman Sam pada awal 1960-an.

Puncak kesuksesan Martin Luther dalam mengampanyekan kesetaraan hak terjadi pada peristiwa March on Washington for Jobs and Freedom tahun 1963. Dalam peristiwa itulah Martin Luther menyampaikan pidato "I Have a Dream" miliknya yang terkenal.

Penerapan taktik protes secara damai dan prinsip Kristen Kiri yang dibawa oleh Martin Luther dalam setiap kampanye yang dilakukannya memberikan dampak besar dalam pergerakan hak sipil di Amerika.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada penolakan dari ras kulit hitam sendiri, salah satunya oleh Nation of Islam. Kampanye damai yang diusung Martin Luther dinilai terlalu lembek, karena beberapa kaum militan kulit hitam berpikir bahwa kekuasaan hanya bisa diraih melalui kekuatan dan kekerasan, bukan melalui integrasi seperti yang diterapkan Martin Luther.

Perjuangan Martin Luther terhenti saat dirinya secara mengejutkan menjadi korban kebiadaban pria kulit putih asal Illinois yang bernama James Earl Ray. Martin Luther tewas akibat peluru yang menembus pipi, rahang, saraf tulang belakang, sebelum akhirnya bersarang di pundaknya.

111