In-depth

Mengulik Rencana Jokowi Gelar F1 Indonesia, Mission Impossible?

Sabtu, 25 Mei 2019 15:02 WIB
Editor: Rafif Rahedian
© Resul Rehimov/Anadolu Agency/Getty Images
Grand Prix Azerbaijan, Babak 4 pada Kejuaraan Dunia F1 2019 di Sirkuit Kota Baku di Baku, Azerbaijan (28-04-2019). Foto: Resul Rehimov/Anadolu Agency/Getty Images Copyright: © Resul Rehimov/Anadolu Agency/Getty Images
Grand Prix Azerbaijan, Babak 4 pada Kejuaraan Dunia F1 2019 di Sirkuit Kota Baku di Baku, Azerbaijan (28-04-2019). Foto: Resul Rehimov/Anadolu Agency/Getty Images
Biaya Fantastis Gelaran F1

Malaysia pada 2016 lalu telah mengumumkan diri untuk mundur sebagai tuan rumah F1. Itu dibenarkan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Keduayaan, Datuk Seri Nazri Abdul Aziz.

"Perjanjian saat ini adalah dari 2016 hingga 2018. Jadi setelah itu berakhir, tidak akan ada lagi (F1 di Malaysia)," kata Nazri seperti dikutip dari Malaymail beberapa tahun lalu.

Beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Thailand juga sudah tidak tertarik lagi menjadi tuan rumah F1. Bukan hanya karena pamor F1 yang mulai memudar setelah Michael Schumacher pensiun.

Akan tetapi menggelar ajang F1 membutuhkan biaya yang sangat fantastis. Menurut laporan Forbes, tuan rumah F1 setidaknya membutuhkan biaya operasi sekitar 57,5 juta dolar atau setara dengan Rp837 miliar. Biaya itu belum termasuk perbaikan aspal.

Tuan rumah juga harus menyiapkan dana tambahan sebesar 31,5 juta dolar atau sekitar Rp458 miliar di tahun pertamanya menggelar F1. Artinya, negara yang ingin menjadi tuan rumah F1 harus menyiapkan dana lebih dari Rp1,2 triliun.

Sedangkan menurut laporan Liberty, selama sepuluh tahun, total biaya tuan rumah diperkirakan 396,2 juta dolar dan biaya menjalankan balapan perharinya menjadi 575 juta dolar. Dengan begitu biayanya hampir menyentuh satu miliar dolar (Rp14 triliun).

Melihat mahalnya biaya untuk menggelar ajang F1 pun bisa membuat misi Indonesia untuk menjadi tuan rumah sedikit mustahil (bukan berarti tidak mungkin). Mengingat, pemerintah Indonesia tidak akan cuma-cuma mengeluarkan dana Rp1,2 triliun.

Apalagi, masyarakat Indonesia sudah mulai meninggalkan F1, dan lebih tertarik dengan ajang MotoGP. Tidak adanya pasar atau antusias yang besar dari masyarakat pun bisa membuat pemerintah Indonesia berpikir dua kali untuk menggelar F1.

Jika Indonesia benar-benar ngotot untuk menjadi tuan rumah F1 seperti Vietnam, mereka bisa menggantungkan harapan kepada pengusaha-penguasaha ‘gila’ yang berani mendanai gelaran F1. Itu menjadi salah satu cara agar Indonesia bisa mengejar ketinggalannya dari negara-negara ASEAN lainnya.