Prestasi Bulutangkis Indonesia di Era Ketua PBSI Djoko Santoso

Minggu, 10 Mei 2020 14:44 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

INDOSPORT.COM – Meski banjir sorotan hingga sampai dituntut mundur, dalam era kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PBSI, Djoko Santoso masih bisa mengahdirkan beberapa gelar juara.

Kabar duka datang dari dunia bulutangkis Indonesia, setelah mantan Ketua Uum PBSI (Persatuan Bultangkis Indonesia), Jenderal (Purnawirawan) Djoko Santoso dikabarkan meninggal hari ini, Minggu (10/05/20) pagi.

Pria 67 tahun yang juga merupakan mantan Panglima TNI itu dikabarkan meninggal akibat pendarahan otak yang dideritanya, setelah sebelumnya sempat dioperasi di RSPAD Gatot Subroto pada 3 Mei 2020 lalu.

Sebagai Ketua Umum PBSI periode 2008-2012, Djoko Santoso bisa dibilang relatif gagal menjalankan tugasnya dengan baik untuk membawa tim bulutangkis Indonesia berprestasi di level internasional.

Bahkan dalam era kepemimpinannnya, Indonesia untuk pertama kalinya gagal meaih medali emas di ajang Olimpiade., sejak olahraga tersebut dipertandingkan resmi di event olahraga terbesar di dunia itu 1992 silam..

Kendati demikian, bukan berarti tak ada sama sekali catatan positif yang bisa ditorehan Djoko Santoso dalam era kepempinannya sebagai Ketua Umum PBSI.

Sebab jika dilihat lebih, masih ada sejumlah prestasi yang cukup bisa dibanggakan dari bulutangkis Indonesia dalam masa kepemimpinannya. Berikut redaksi berita olahraga INDOSPORT rangkumkan.

Gelar Juara Bulutangkis Indonesia era Djoko Santoso

Pasca Djoko Sanoso terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum PBSI di November 2008, ajang SEA Games 2019 sekita setahun berselang menjadi panggung terbesar pertama yang bisa digapai tim bulutangkis Indonesia.

Hasilnya pun sangat bagus. Tim Indonesia berhasil keluar sebagai juara kategori beregu putra, usai di final mengalahkan Malaysia. Meski di sektor beregu puteri harus puas sebagai runner up dari lawan asal negara yang sama.

Jika digabungkan dengan di nomor pribadi atau perorangan, Indonesia di SEA Games 2009 itu juga mampu menorehkan catatan sebagai juara umu. Total empat medali emas berhasil diraih. Selain dari nomor beregu putera, juga dari sektor perorangan di nomor tunggal putera, ganda putra, dan ganda campuran.

Secara total di SEA Games 2009 itu, Indonesia bisa meraih Sembilan medali. Dalam rincian empat emas, dua perak dan dua perunggu.

Setelah SEA Games 2009, tim bulutangkis Indonesia kemudian mencoba meriah asa di tahun 2010 dalam ajang Piala Thomas dan Piala Uber 2010, serta Asian Games Guangzhou, China.

Tapi hasilnya saat itu, belum cukup bisa membanggakan. Usai di Piala Thomas hanya menjadi runner up, di Piala Uber jadi semifinalis. Semantara di SEA Games, baik tim beregu putera maupun puteri hanya bisa meraih medali perunggu.

Beruntungnya di kategori perorangan, dari sektor ganda putra, Markis Kido/Hendra Setiawan masih bisa membawa pulang medali emas buat Indonesia.

Memasuki tahun 2011, bulutangkis Indonesia di bawah Katua Umum PBSI Djoko Santoso bisa mempertahankan prestasinya di ajang SEA Games yang kala itu berlangsung di Indonesia.

Bahkan sebagai tuan rumah, Indonesia berhasil kembali keluar sebagai juara umum, dengan jumlah medali yang lebih banyak. Tota ada 11 medali yang bisa diraih kala itu. Dengan rincian lima emas, empat perak dan dua perunggu.

Untuk medali emas masing-masing didapat dari kategori beregu putera, perorangan tunggal putra, ganda putra, ganda puteri dan juga ganda campuran.

Di tahun terakhir masa jabatannya, tahun 2012, Djoko Santoso sempat membawa tim bulutangkis Indonesia juara di turnamen baru antara tim beregu putera level regional Asia Tenggara. Setelah di final mengalahkan Malaysia.

Namun di tahun itu juga, sayangnya Djoko Santoso tak bisa menjaga tradisi medali emas bulutangkis Indonesia di ajang Olimpiade. Setelah di Olimpiade London 2012 tak ada satupun wakil Indonesia yang bisa pulang meraih medali bulutangkis. Baik itu emas, perak ataupun perunggu.

Kegagalan itu jugalah yang akhirnya membuat Djoko Santoso mendapatkan banyak kritikan. Hingga kemudian dirinya cukup belapang dada, tak lagi maju dalam pencalonan Ketua Umum PBSI pada periode berikutnya dalam pemilihan yang berlangsung di akhir 2012 itu.