Hariyanto Arbi Analisis Laga Anthony Ginting: 3 Tahun Lagi Siap Bawa Emas

Minggu, 1 Agustus 2021 15:55 WIB
Penulis: Maria Valentine | Editor: Isman Fadil
© NOC Indonesia
Aksi Anthony Ginting dalam pertandingan Olimpiade 2020 melawan Anders Antonsen, Sabtu (31/7/21). Copyright: © NOC Indonesia
Aksi Anthony Ginting dalam pertandingan Olimpiade 2020 melawan Anders Antonsen, Sabtu (31/7/21).

INDOSPORT.COM – Legenda bulutangkis Indonesia, Hariyanto Arbi, memberikan analisisnya terhadap performa Anthony Sinisuka Ginting yang takluk di tangan pemain China, Chen Long.

Dalam laga semifinal Olimpiade Tokyo 2020, Ginting kalah dua set langsung, 16-21 dan 11-21. Hariyanto Arbi pun menjelaskan panjang lebar pandangannya tentang laga tersebut melalui akun Instagramnya, @hariyanto_arbi.

“Pengamatan saya untuk pertandingan Ginting VS Chen Long pada semifinal Olympiade: Pembukaan Ginting kalah start karena terlalu hati2. Kalau saya perhatikan selama lawan Chen Long , Ginting harus langsung main dengan cara main dia cepet dan explosive karena itu yg jadi senjata mematikan selama lawan Chen long. Hal itu juga yg bikin ngak enak dan bikin takut lawannya,” buka Arbi.

“Setelah point 11 set 1 Ginting mulai menaikkan kecepatannya sehingga terjadi perubahan permainan tapi sudah nggak bikin takut lagi Chen Long karena dia sudah percaya diri dengan defend dia.”

“Dari awal baiknya Ginting berani menyerang dulu untuk menjatuhkan mental Chen Long. Adu mental dari awal diharapkan lawan akan melakukan defend dan jika tidak berhasil lawan akan jatuh mentalnya.”

Arbi mengajak para pencinta bulutangkis Indonesia untuk mengakui bahwa Chen Long merupakan pemain berpengalaman dan statusnya sebagai juara bertahan membuatnya sanggup bertahan dengan baik dari senjata smash Ginting.

Ia juga membagikan pengalamannya saat berjuang di Olimpiade Atalanta 1996. Arbi gagal di pertandingan perebutan perunggu saat itu.

“Olimpiade adalah pertandingan yang unik segala rekor sudah tidak berpengaruh dalam pertandingan dan mental mesti bener2 dipersiapkan. Pengalaman Olimpiade saya di Atalanta 96 kalau berdasarkan rekor saya juga lebih banyak menangnya dibanding Paul Erik. Namun kembali lagi ada hal2 nonteknis yg bikin saya kalah,” tulisnya.

“Hasrat dan ambisi ingin bawa pulang emas membuat saya salah fokus. Seingat saya waktu itu ada pukulan saya yang salah dan saya larut pada kekecewaan pukulan tersebut. Saya lengah dan ketika sadar, lawan sudah memimpin skor.”

“Di sini saya menulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya yang semoga dapat membantu. Saya mohon maaf kalau ada yang nggak sepaham.”