Guru Emen, Eks Gelandang Timnas yang Menjadi Juru Cedera di Usia Senja

Jumat, 25 November 2016 12:08 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra
 Copyright:
Persib Bandung Selalu di Dada

Pensiun dari sepakbola tak membuat Emen lantas berpikir untuk melakukan hal lain. Pria asli Majalengka menetapkan dirinya untuk bisa bersenggama dengan dunia yang telah membesarkan namanya tersebut.

Emen tetap pada lingkaran si kulit bundar, meski sering kali kondisi ekonomi memaksanya harus sering menggunakan strategi bertahan. Satu demi satu medali Emen mulai menghilang dari lemari koleksinya.

Bukan dicuri ataupun pernah menjadi korban perampokan. Medali ini harus rela berpindah tangan demi mencukupi kebutuhan hidup Emen dan keluarga.

"Medali sebenarnya banyak, tapi sekarang sudah tidak ada, sudah dijual. Medali emas dulu kan terbuat dari emas murni, makanya laku di jual. Lakunya juga enggak besar, uangnya cuma cukup untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Emen seperti dikutip dari Galamedia.

Emen belum menyerah. Hari demi hari dilaluinya sebagai pelatih di PSAD mulai tahun 1980.

Karier ini dilakoninya hingga tahun 1995. Emen pun akhirnya diangkat sebagai PNS di Kodam III Siliwangi. 

Usai pensiun sebagai seorang pesepakbola, Emen Suwarman harus berjuang keras untuk tetap bertahan hidup dari dunia yang membesarkannya.

Selepas itu, Indra Thohir memanggilnya untuk bergabung sebagai staff kepelatihan di Persib Bandung. Saat itu, Emen menjadi asisten bersama Djajang Nurdjaman yang kini membesut Maung Bandung.

Trio ini kemudian sukses mengantarkan Persib Bandung sebagai juara pembuka Liga Indonesia. Posisi sebagai asisten pelatih bertahan hingga Persib Bandung berlaga di Liga Champions Asia.

Setelah itu, Emen berhenti dan kembali ke PSAD. Namun, panggilan jiwa memaksanya mondar-mandir ke asrama Persib Bandung.

Kali ini bukan sebagai pelatih ataupun asisten pelatih, namun sebagai juru cedera alias tukang pijat. Emen tak canggung melakoni hal ini. 

Menurutnya apapun bisa dilakukan demi tim yang menjadi bagian dari jiwanya. Persib Bandung telah terlanjur mengakar di benak Emen.

Emen tetap membelah jiwanya dengan sepakbola selama hidupnya. Sebagian kecil bersarang dalam lini massa Persib Bandung yang menjadi idolanya sejak bocah.

Separuh lainnya membatu bersama semangatnya yang tak pamrih untuk mengangkat persepakbolaan pertiwi. Semua karena satu hal, kecintaan dan semangat untuk bisa meraih mimpi.

302