Kisah Diego Costa dari Jalanan Hingga Menaklukkan Eropa

Rabu, 27 September 2017 18:53 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Michael Regan / Staff / Getty Images
Diego Costa (kiri) berada dekat dengan kiper West Brom, Foster. Copyright: © Michael Regan / Staff / Getty Images
Diego Costa (kiri) berada dekat dengan kiper West Brom, Foster.
Diego Costa Memang Harus Tinggalkan Chelsea, Harus!

Costa adalah penyerang kelas dunia, striker yang haus akan gelar, gol, dan kemenangan. Tidaklah adil jika Chelsea terus mengurungnya dalam sebuah ketidakpastian. Costa harus hengkang.

Chelsea sempat menolak tawaran dari Everton senilai 70 juta pounds, bukan karena tidak ingin, tapi permintaan dari Diego Costa sendiri. Di sini, segalanya menjadi personal, bahwasanya ada ikatan antara Costa dengan Atletico Madrid.

Fran Guillen, penulis buku Diego Costa: The Art of War, menjelaskan cinta buta antara Costa dengan Atletico.

"Bahwasanya benar, Atletico adalah tim yang menyeret Costa dari lembah terdalam menuju panggung elit. Diego Simeone, merupakan sosok pahlawan baginya, Simeone begitu menghormatinya, membutuhkannya, bahkan memaksanya bermain di final Liga Champions di Lisbon saat kondisinya tidak benar-benar fit. Costa adalah striker ideal bagi Simeone dan tim, dan sebaliknya," ujar Guillen.

© INDOSPORT
Diego Costa, striker Chelsea yang ingin kembali ke Atletico Madrid. Copyright: INDOSPORTDiego Costa, striker Chelsea yang kembali ke Atletico Madrid.

Simeone sendiri mengakui jika Costa adalah striker idamannya. Pengalaman unik pernah ia temui ketika pertama kali melihat Costa.

"Saat saya melihatnya di sesi latihan, saya ingin mati," kata Simeone dikutip BBC.

"Dia tak terhenti, fisiknya sungguh luar biasa. Dia memberikan segalanya bahkan di waktu latihan. Masalahnya adalah, dia tidak terkontrol," sambungnya sedikit tertawa.

Berbeda dengan media-media yang kerap mencibir perilaku kasar Costa, keterangan dari Patricia Cazon dan Monino, jurnalis Diario AS, justru mengatakan sebaliknya. Kedekatan antara mereka dengan Costa dan Simeone mengubah pandangannya.

"Hubungan kedua sosok sungguh baik. Di atas lapangan, Simeone selalu berusaha menjaga emosi Costa. Sama seperti di luar lapangan, ketika Costa diserang dari sana sini, Simeone bertingkah seperti penjaganya, ia akan melindungi Costa," terangnya.

"Simeone tahu betul karakter Costa secara personal. Menurut saya juga, Costa sebenarnya adalah pria yang kharismatik. Dia sangat lucu, menyenangkan, suka bercanda di ruang ganti bersama rekan-rekannya," sambung Monino.

"Saat Costa tengah dipinjamkan ke Rayo (Vallecano), dan pemain Atletico berada di bus mendengarkan radio sepulang dari pertandingan, mereka akan bersorak gembira mendengar nama Diego Costa (mencetak gol). Dia popular, semua orang menyukainya," tambahnya lagi.

Jika faktor Simeone tak cukup sebagai pembenaran bahwa Costa memang harus pulang ke Ibu Kota Spanyol, ada satu figur yang membuat Costa anteng. Dia adalah Tiago.

"Tiago sudah seperti ayahnya sendiri. Cuma dia satu-satunya orang yang Costa dengarkan, cuma Tiago tempat ia berkeluh kesah, bahkan Tiago sendiri yang meyakinkan Costa untuk hijrah menuju Chelsea," ungkap Monino.

Kini Tiago berstatus sebagai pelatih di Atletico Madrid. Tugasnya tentu saja memastikan jika Costa mampu menjaga emosinya. Tak heran jika Costa menjadi bahan bagi media di Inggris karena emosinya yang meledak-ledak. Bisa jadi di Chelsea ia tak memiliki sosok ayah.