In-depth

Habis Manis Sepah Dibuang, Tren Singkirkan Pemain Uzur Ala Klub Indonesia

Senin, 18 Maret 2019 12:52 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Isman Fadil
© Indosport.com
Atep Rizal dan Cristian Gonzales, pemain yang dibuang dari club karena sudah tua. Copyright: © Indosport.com
Atep Rizal dan Cristian Gonzales, pemain yang dibuang dari club karena sudah tua.

INDOSPORT. COM - “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84)” ― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations.

Sepenggal kalimat karya sastrawan legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer tersebut, memang punya makna sungguh mendalam. Kalimat yang seakan mengajak kita untuk terus menulis dan membawa diri dalam keabadian.

Seperti kalimat karyanya sendiri, Pramoedya kini tetap abadi walau raganya sudah menyatu dengan bumi pada 2006 lalu. Banyak sastrawan dan penikmat keindahan bahasa yang hingga saat ini masih begitu menganggumi karya-karya Pramoedya.

Sayangnya, pemain sepak bola bukanlah seorang penulis layaknya Pramoedya. Tangan para pemain sepak bola tak begitu lihai untuk merangkai kata dan bahasa.

Sebab kaki merekalah yang lebih bekerja, mengolah bola dan berlari untuk meraih kemenangan. Jadi, sekarang perlahan sudah mulai cukup jelas, mengapa ada beberapa pemain bola yang sulit untuk mencapai keabadaian, walau olah bolanya dahulu begitu dipuja.

2K