In-depth

Soal Suporter Rusuh, Timnas Indonesia Harus Belajar Banyak dari Liverpool

Jumat, 6 September 2019 18:10 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Isman Fadil
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Timnas Indonesia harus belajar banyak dari Liverpool. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Timnas Indonesia harus belajar banyak dari Liverpool.

INDOSPORT. COM - Timnas Indonesia mungkin harus belajar banyak dari Liverpool apabila membahas soal insiden suporter rusuh. Mengapa?

Sebuah insiden memilukan terjadi dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Timnas Indonesia vs Malaysia. Pertandingan yang dihelat di Stadion Gelora Bung Karno, dinodai oleh kejadian suporter rusuh.

Pertengahan babak kedua, wasit sempat menghentikan laga untuk sementara. Pada tribune penonton, terjadi kericuhan oknum suporter Indonesia dengan pendukung Malaysia.

Sejumlah oknum suporter Timnas Indonesia menerobos penjagaan dan berlari ke arah tribune pendukung Malaysia. Bahkan, ada oknum suporter yang tega melemparkan smoke bomb atau bom asap, hingga membuat pendukung Malaysia terluka.

Ibarat jatuh tertimpa tangga, sudah oknum suporternya rusuh, Timnas Indonesia juga harus menelan kekalahan. Pada akhir laga, Timnas Indonesia menyerah dari Malaysia dengan skor tipis 2-3.

Kerusuhan yang tercipta di tribune penonton, ternyata memberikan pengaruh terhadap peforma pemain di atas lapangan. Menurut pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, kerusuhan pasti menganggu konsentrasi anak asuhnya yang sudah mengalami kelelahan.

"Kerusuhan bukan jadi alasan karena kedua tim pasti terganggu, tidak hanya kami tapi juga Malaysia. Setelah kerusuhan itu, kondisi pemain kami memang sudah kelelahan," kata McMenemy usai laga.

Melihat insiden tersebut, sepertinya Timnas Indonesia bisa belajar banyak dari tim elite Liga Inggris, Liverpool. Sama seperti Timnas Indonesia, Liverpool kerap kali dihadapkan pada masalah oknum suporternya yang berbuat rusuh.

Menjadi berbeda, Liverpool tetap bisa berprestasi meski seringkali mendapati kabar suporter setianya terlibat kerusuhan. Buktinya begitu terlihat pada gelaran musim 2018/19 lalu, Liverpool mampu menjadi raja di Liga Champions dengan hiasan suporter rusuh.

Kembali ke laga fase grup kontra Napoli 12 Desember 2018, Liverpool bermain di markasnya, Anfield Stadium. Laga itu pun tak lepas dari insiden suporter rusuh.

Seperti dikutip dari situs 90MiN, seorang pendukung Napoli berusia 23 tahun, diserang oleh sejumlah oknum suporter Liverpool di luar stadion. Sang korban penyerangan beruntungnya bisa diselamatkan setelah dibawa ke rumah sakit terdekat.

"Saya sudah membayangkan bahwa saya pasti akan mati akibat serangan ini," ujar sang korban seperti dikutip dari 90MiN.

Dihiasi oleh kerusuhan suporter, tak membuat konsentrasi para pemain Liverpool di atas lapangan terganggu. Liverpool pada akhir laga sukses mengandaskan perlawanan Napoli dengan skor tipis 1-0.

Tak usah jauh-jauh ke musim lalu, gelaran Liga Inggris 2019/20, Liverpool pernah mengalami hal serupa. Tepatnya pada laga pekan kedua, saat Liverpool bertandang ke markas Southampton, 17 Agustus 2019 lalu.

Menurut laporan The Sun, pertandingan sempat dihiasi oleh insiden suporter rusuh. Pada babak kedua, tribune penonton sempat dihebohkan dengan aksi saling tonjok antara suporter Liverpool dan pendukung Southampton.

Beruntung kericuhan tak berbuntut panjang. Pihak keamanan stadion langsung dengan sigap mengamankan para pelaku yang terlibat kericuhan tersebut.

Saat rusuh terjadi, laga Southampton vs Liverpool di lapangan masih berlangsung. Hebatnya, Liverpool tetap bisa memetik hasil manis dengan menang tipis 2-1 atas Southampton.

Kerusuhan dalam sebuah pertandingan sepak bola, apapun alasannya memang tak bisa dibenarkan. Sepak bola adalah tentang pertandingan di lapangan antara para pemain selama 90 menit, bukan rusuh antar suporter.

Tapi jika rusuh suporter tak bisa dibendung, mental pemain yang lantas diuji. Timnas Indonesia pun sekiranya bisa belajar banyak dari kisah Liverpool tadi.