In-depth

Menanti Kebangkitan Raksasa yang Tertidur, Newcatsle United di Bawah Pangeran Salman

Kamis, 16 April 2020 20:22 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Lanjar Wiratri
© Getty Images
Newcastle United mungkin akan menjadi kekuatan yang lebih menakutkan ketimbang Manchester City, jika nantinya diakuisisi oleh Pangeran Salman. Copyright: © Getty Images
Newcastle United mungkin akan menjadi kekuatan yang lebih menakutkan ketimbang Manchester City, jika nantinya diakuisisi oleh Pangeran Salman.

INDOSPORT. COM - Newcastle United mungkin akan menjadi kekuatan yang lebih menakutkan ketimbang Manchester City, jika nantinya diakuisisi oleh Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman al-Saud atau Pangeran Salman.

Sepak bola Inggris belakangan memang sedang heboh dengan kabar terkait niat Pangeran Salman membeli Newcastle United. Bahkan, isu yang berkembang, Pangeran Salman tinggal selangkah lagi menyelesaikan proses negosiasi, agar dikatakan sah sebagai pemilik The Magpies.

Pangeran Salman awalnya tertarik dengan klub Liga Inggris lainnya, Manchester United. Namun tawaran Pangeran Salman sebesar 3,5 miliar poundsterling atau sekitar Rp63 triliun, pada 2018 lalu, ditolak mentah-mentah oleh pemilik Manchester United, keluarga Glazer.

Tak berhenti memburu, Pangeran Salman kemudian mengalihkan bidikan kepada Newcastle United. Bekerja sama dengan konglomerat Inggris, Rueben Brothers, Pangeran Salman kini sedang menjajaki kemungkinan mengakuisisi saham mayoritas Newcastle United, dari pemiliknya, Mike Ashley.

Hal yang dilakukan Pangeran Salman mengingatkan publik kepada kisah Manchester City. Pada tahun 2008, konglomerat Timur Tengah asal Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour, membeli saham mayoritas Manchester City.

Perlu diingat, dahulu Sheikh Mansour berhasil membeli Manchester City berkat seorang broker bernama Amanda Staveley, sebagai perantara negosiasi. Sekarang, Pangeran Salman turut menggunakan jasa Amanda Staveley dalam upaya membeli Newcastle United.

Kisah Manchester City

Sejak sokongan dana Sheikh Mansour datang, Manchester City mampu membeli banyak sekali bintang-bintang hebat. The Citizen juga sukses merajai pentas Liga Inggris sebanyak empat kali, yakni 2011/12, 2013/14, 2017/18, dan 2018/19.

Memang ada anggapan Manchester City hanya berjaya berkat melimpahnya uang Sheikh Mansour. Kasarnya, Manchester City ibarat membeli prestasi secara instan. Namun tak boleh dipungkiri pula, bahwa kekuatan uang sungguh krusial perannya dalam era sepak bola modern.

Terlebih, manajemen yang dijalankan Sheikh Mansour dalam mengembangkan Manchester City, tak sekedar asal-asalan. Dana besar yang dikucurkannya untuk membeli pemain, atau menggaji pelatih hebat, terbukti keampuhannya sampai sekarang.

Setidaknya sejak Pep Guardiola dipercaya Sheikh Mansour menduduki kursi kepelatihan, semuanya terasa berjalan begitu indah. Pep memboyong beberapa bintang dengan harga mahal, seperti Ederson, Aymeric Laporte, Kyle Walker, Bruno Silva, Riyad Mahrez, dan mereka semua kini jadi tulang punggung kekuatan Manchester City.

Padahal kalau menengok ke belakang, Manchester City dahulu cuma klub penghias papan bawah. Musim 2006/07 misalnya, setahun sebelum Sheikh Mansour datang, Manchester City cuma duduk di urutan 14 klasemen akhir.

Liga Champions? Manchester City merasakan mentas di Liga Champions lagi baru pada musim 2011/12. Sebelumnya, Manchester City sudah absen dari Liga Champions sejak tahun 1968 silam.

Potensi Newcastle United

Newcastke United mungkin tak lama lagi akan turut menjadi klub kaya raya seperti Manchester City. Andai Pangeran Salman berhasil meluluhkan hati Mike Ashley, Newcastle United punya sokongan dana melimpah khas konglomerat Timur Tengah.

Pangeran Salman bisa menginstruksikan agar Newcastle United dilatih oleh juru taktik terbaik, tak masalah lagi dengan persoalan mahalnya gaji. Bintang-bintang top dunia pun bukan mustahil pula akan silih berganti merapat, membuat kekuatan Newcastle United kian mengerikan.

Bahkan, Newcastle United berpotensi meraih kesuksesan yang jauh mengungguli Manchester City. Maklum, sejarah Newcastle United memang lebih baik ketimbang The Citizen yang dulu cuma jadi penghias tim papan bawah.

Musim 1993/94, Newcastle United baru promosi ke kasta tertinggi Liga Inggris. Dilatih legenda Inggris, Kevin Keegan, Newcastle United secara mengejutkan sukses besaing di papan atas, menduduki tangga ketiga klasemen akhir musim.

Musim 1995/96 dan 1996/97, Newcastle United konsisten menjadi runner-up Liga Inggris. Kala itu, Newcastle United merupakan pesaing ketat Manchester United dalam perburuan gelar juara.

Masih belum puas, mari tengok ke musim 2000/01. Newcastle United duduk di tangga keempat klasemen akhir musim, dan lolos ke final Piala Intertoto.
 
Musim 2001/02, kejayaan Newcastle United masih berlanjut, dengan finis di peringkat tiga Liga Inggris. Pemain-pemain Newcastle United pada awal era milenium juga banyak yang diandalkan oleh Timnas Inggris, sebut saja Alan Shearer, Jermaine Jenas, dan Kieron Dyer.

Artinya, Newcastle United punya pengalaman untuk menjadi sebuah klub besar. Meski dalam satu dekade terakhir prestasinya begitu merosot, kejayaan masa lalu ditambah dengan dukungan uang Pangeran Salman, diyakini bisa menjadi perpaduan yang tepat untuk membuat Newcastle United merajai Liga Inggris sekaligus melampaui capaian Manchester City.